Awal Oktober lalu saya dan keluarga ikutan trip tiga pulau ke Kepulauan Seribu. Tujuannya adalah Pulau Cipir, Kelor dan Onrust. Ini adalah kali ketiga saya pergi ke kepulauan Seribu. Setelah Pulau Pari dan Pulau Kotok, akhirnya saya bisa juga mengunjungi ketiga pulau lain yang jaraknya cukup dekat dari dermaga Muara Kamal.
Ceritanya saya ikutan trip yang di adakan oleh Winny. Dia adalah blogger yang doyan traveling. Berbekal pengalamannya travelling jadi saya percaya dong Winny gak bakal mengecewakan. Dan memang bener loh, perjalanan ke tiga pulau tersebut memang mengesankan meskipun ada acara telat hahaha. Soalnya kita baru berangkat sekitar pukul 09 lewat. Yah demi menunggu teman-teman lain yang datang terlambat.
Kalau di bandingkan dengan Pulau Pari dan Pulau Kotok jelas ketiga pulau yang saya kunjungi ini punya karakteristik yang berbeda. Salah satunya untuk snorkeling cuma bisa dilakukan di pulau Cipir, itupun tidak terlalu menarik. Yah, cuma formalitas nyebur kelaut aja gitu hahaha.
Untuk snorkeling di pulau Kelor rasanya kurang cocok. Selain ombak yang lumayan, juga terlalu banyak karang. Alih-alih kita malah bisa terseret ombak dan menabrak karang. Kalau di Pulau Onrust hampir semuanya dikelilingi oleh tanggul dan gak mungkin snorkeling. Karena tingkat pencemarannya tinggi sekali dibanding dua pulau sebelumnya. Well, meskipun demikian Pulau Onrust lebih luas dibandingkan Cipir dan Kelor.
Ada bagusnya Kelor dijadikan tujuan pertama, kemudian Onrust dan terakhir Cipir. Di pulau Kelor ada benteng Monterlo peninggalan penjajah. Kabarnya beberapa bulan sebelumnya dipakai untuk acara pernikahan. Sumpeh gak bisa ngebayangin kalau tamunya kebelet pipis. Soalnya disana gak ada toilet. Eh tapi bisa aja sih mereka pipis di kapal. Itupun kalau kapalnya ada toilet. Solanya kami ke sana pake kapal kayu tradisional bertenaga diesel yang bikin mabok laut hehehe.
Di Pulau Kelor cocok banget deh buat foto-foto narsis bareng pasangan apalgi sama keluarga. Kalau sama temen-teman yang masih membujang enaknya sekalian kemping. Cuma repotnya ya gitu, mandi cuci kakus di laut hahaha.
Kalau di pulau Onrust emang adem, soalnya banyak banget pepohonan. Nah disini ada juga makam Kartosuwiryo yang dianggap pemberontak pada masa DI/TII. Saya malah dapet info A1 kalau Kartosuwiryo itu ternyata diselamatkan. Memang sih sekarang sudah meninggal. Tapi yang jelas di pulau Onrust itu adalah makam Mr. X.
Selain ada makam sebetulnya spot buat foto di pulau Onrust ada banyak puing-puing bangunan bekas asrama haji. Konon ketiga pulau ini sebetulnya saling berhubungan satu sama lain yang dihubungkan dengan jembatan. Tapi karena abrasi laut, jembatan-jembatan itu kini sudah rata dibawah permukaan laut. Hanya ada sisa-sisa jembatan dari pulau Cipir menuju pulau Onrust.
Sejarah menceritakan bahwa selain dijadikan tempat asrama haji, pulau Onrust juga pernah dijadikan sebagai kamp penampungan rakyat yang terkena penyakit menular. Dulu salah satunya kusta dianggap penyakit menular. Makanya disinilah tempat penampungan para penderita Kusta. Padahal sekarang sudah banyak para penderita kusta malah bisa mandiri dan berprestasi. Yah stigma negatif aja yang bikin penderita kusta menjadi terkucilkan.
Pulau Onrust juga pernah terkena wabah leptospirosis dari kencing tikus. Tikus-tikusnya ya dibawa sama kapal-kapal yang berlabuh. Untuk mencegah penularan ada juga bangunan yang didisain khusus untuk membentengi dari serbuan tikus.
Di pulau Onrust ada juga Museum dengan dihiasi oleh meriam-meriam kuno seperti yang ada di Museum Fatahillah Jakarta. Selain ada di Onrust, meriam-meriam yang sudah tidak aktif itu juga ada di pulau Cipir.
Oh yaa, kita juga sempat bersih-besih loh di pulau Onrust. Saya meskipun abis mandi yaa terpaksa harus berkotor-kotor ria demi membersihkan laut dari sampah-sampah. Mulai dari sampah balok sampai sampah botol plastik memang mendominasi tiap dermaga.
Ternyata seru juga yaah bersih-bersih, sampai-sampai kita diliatin sama pengunjung lain hehehe. Eh pas sampahnya udah ngumpul ternyata ada pengepul yang ngumpulin botol bekas. Wah kacau tuh memanfaatkan kita yang udah susah payah mengangkat sampah dari laut rrrrrr!!! tapi gak papa lah amal, lagian kita juga gak bisa bawa sampah-sampah itu di kapal kita.
Overall, saya paling terkesan dengan pulau Cipir. Karena di pulau ini suasana pantainya kayak di pesisir pantai utara misalnya di pasir putih, Situbondo. Ada saung-saung di pinggir pantai, jadi sambil melihat laut bisa sambil selonjoran. Disini juga saya sempatkan snorkeling, meskipun diketawain sama nelayan. Yah soalnya memang tidak ada yang dilihat selain bulu babi yang banyak bertebaran. Kabarnya bulu babi itu pertanda bahwa ekosistem laut masih eksis.
Di pantai Cipir ini juga anak saya bisa main pasir. Sementara teman-teman tirp lainnya keliling pulau dan sebagian besar memang main di pantai.
Hal yang harus dijaga sama pengunjung yaa JANGAN BUANG SAMPAH DI PULAU. Selain tidak ada TPA, kondis ketiga pulau tersebut memang sudah memprihatinkan. Banyak pengunjung yang gak aware dengan sampahnya sendiri. Sedih ya.
Yah kalau dibandingkan dengan Pulau Pari atau Pulau Kotok mah jauh. Tapi kalau buat spot foto sama main air oke lah. Buat pengetahuan sejarah juga oke.
Untuk ikutan trip ini saya keluarkan kocek Rp. 150.000,- saja. Memang sih ada yang lebih murah. Tapi karena saya udah percaya sama Winny, jadi saya ikutan sama Winnya aja. Apalagi Winny ngadain doorprize dan games seru loh. Hadihanya sepadan dengan yang kita bayarkan hahahaha jadi promo deh.
Oh yaa Winny ini saya kenal dari Marintan (Mompasianer) saat ikut nonton di bioskop. Baru pertama kali ketemu sama Winny jadi gak begitu kenal banget apalagi pernah ngobrol. Eh tenyata si Winny tuh logatnya medok Medan banget hahaha. Zoom aja dia bila “Jum” pokoknya kita jadi ketawa terus kalau Winny lagi ngasih briefing.
Nah, destinasi selanjutnya kayaknya masih di Pulau Seribu deh. Soalnya selain cukup terjangkau, menurut saya sih yang masih newbi di Kepulauan Seribu masih bagus lah buat Scuba Diving apalagi snorkeling.
Salam Hangat
@DzulfikarAlala
Ps. Foto-foto dipinjam dari blognya Winny
Tips:
- Tiket masuk tiap pulau masing-masing kena Rp. 5.000,-
- Akses dari Rawa Buaya naik angkot cokelat bayar Rp. 7.000,- ke Muara Kamal.
- Penyewaan kapal tradisional dari Muara Karang Rp. 800.000/hari kalau mau pake kapal transport biasa ongkosnya mungkin antara Rp. 25.000 s.d. Rp. 30.000,- sekali jalan.
- Untuk ke Rawa Buaya bisa pake Busway atau pake Commuterline. Kebetulan saya dari Stasiun Rawabuntu, Tangsel. Bayar cuma Rp. 3.000,- tapi harus ganti ganti CL mulai dari Tanah Abang lalu ke Duri dari Duri baru ke Rawa Buaya.
- Bawa Makanan dan Minuman Ringan yang banyak. Buat bekel di pulau. Jangan lupa sampahnya dibawa pulang lagi ke Jakarta.
- Bawa Kacamata item sama sunblock.
- Kalau mau snorkeling harus bawa peralatan sendiri. Tidak ada penyewaaan disana.
Satu pemikiran pada “Trip Tiga Pulau: Cipir, Kelor dan Onrust”