Tukang Bubur Ini Selalu Mengaji Saat Menunggu Pembeli

Review Blogger – Gonjang ganjing foto abege selfie di kamar hotel membuat saya berpikir sekaligus berdoa. Mudah-mudahan anak atau salah satu keluarga saya tidak seperti itu. Benar, siapa sih yang sanggup melihat anaknya atau keluarganya seperti itu. Foto seperti itu mengapa mudah sekali diumbar di sosial media? Semua pasti berpikir “kemana orang tuanya?” Tunggu dulu, saya tak hendak mengomentari mereka ya.

Gara-gara heboh foto tersebut, saya jadi teringat bahwa segala perilaku seorang anak itu tidak terlepas dari apa yang dimakan-nya dan juga lingkungan sekitarnya. Saya percaya bahwa makanan sangat berpengaruh terhadap karakter seseorang. Contohnya seseorang yang makan daging cenderung meledak-ledak emosinya. Sedangkan orang yang lebih dominan makan sayuran cenderung lebih sabar dan nrimo, begitu sih katanya hahaha. Meskipun demikian, memang masih perlu data untuk membuktikan hal tersebut.

Nah, ada sosok inspiratif yang menurut saya hal ini sangat relevan dalam soal menyiapkan makanan. Ya kalau ndak nyambung coba belajar elmu cucokulogi yonru biar cocok gitu, hahaha.

Jadi, selama hampir sebulan ini anak saya jadi langganan bubur bayi sehat. Awalnya istri saya selalu memasak sendiri, tapi kurang dirasa menunya variatif. Padahal maunya sih buburnya sudah dicampur dengan ikan, daging serta sayuran lainnya.

Entah awalnya dari mana, tiba-tiba saya jadi punya tugas membeli bubur bayi sehat ini setiap pagi sebelum berangkat kantor. Biasanya istri saya meminta untuk membelikan tiga porsi bubur seharga Rp. 3000/porsi. Murah memang, karena porsinya seukuran cup ice cream campin* hahaha. Tapi, satu cup bubur itu cukup untuk sarapan pagi.

Jadi, sekaligus saja beli tiga cup untuk sarapan, makan siang dan makan sore. Iya, anak saya gak pernah dibiasakan makan malam. Karena katanya tidak baik untuk kesehatan. Jadi, lima jam sebelum berangkat ke peraduan, perut sudah harus dalam kondisi kosong. Sunnah kesehatannya begitu. Meskipun kadang bapaknya suka melanggar hahaha.

Singkat cerita akhirnya saya jadi rutin deh tiap pagi mendatangi tukang bubur yang mangkal di depan Perumahan Guru Al-Falah, Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan ini. Yang jualan bukan bapak-bapak melainkan seorang ibu berjilbab panjang nan lebar yang murah senyuman. Awal-awalnya tentu saja tidak kenal saya. Lama kelamaan ibu ini akhirnya hafal juga jumlah porsi yang saya pesan.

Orang-orang menyebutnya dengan Umi. Ya, panggilan khas ibu-ibu yang suka ikut pengajian, atau mungkin ibu ini adalah seorang ustadzah. Yang jelas kenapa saya merasa cocok dengan ibu penjual bubur bayi sehat ini alasannya karena Umi selalu melantukan ayat suci Al-Quran saat menunggu pembelinya.

Benar, bubur ini termasuk laris manis tanjung kimpul. Terutama saat libur, jangan harap kebagian karena biasanya pukul 8 pagi buburnya sudah tandas diburu pelanggannya. Alhamdulillahnya sih, Umi tampaknya sudah hafal jika saya sangat bergantung dengan bubur sehatnya. Jadi, saya selalu dapat jatah tiga porsi bubur bayi sehat buat anak kedua saya, yang baru berusia kurang dari satu tahun.

Tentu saja pilihan menu buburnya beragam. Minimal setiap hari selalu ada dua menu. Bisa bubur campur ati atau campur ikan. Ikannya juga macam-macam. Pokoknya disesuaikan dengan kebutuhan bayi diatas enam bulan. Kalau kata istri saya sih rasanya gak ada mecin sama sekali, saat dia mencoba buburnya, bahkan hampir tawar ujarnya. Tapi anak saya doyan. Katanya dia lebih suka bubur bayi sehatnya umi dibandingkan bubur bikinan ibunya sendiri hahahaha.

Saya melihat umi selalu istiqamah membaca lantunan ayat suci saat menunggu pelanggan datang. Disinilah saya merasa yakin bahwa buburnya secara tidak langsung sudah mendapatkan “mantra” dari ayat-ayat suci yang dilantukan Umi. Bahkan tak jarang Umi, menyetel lantunan ayat suci dari hapenya. Sejak saat itu saya tidak ragu lagi berlangganan bubur bayi sehatnya Umi.

Bubur bayi sehat umi boleh dikatakan membantu sekali ibu-ibu muda yang masih punya balita. Iya, rata-rata yang antri memang ibu muda, juga bapak muda seperti saya ;p Saat yang antri ibu-ibu muda, dan saya berada disitu, rasanya aneh memang. Ya, tapi demi anak dan istri begitulah nasib suami siaga hahaha.

Jadi intinya begini. Saya yakin bahwa karakter anak saya akan terbentuk karena dua hal. Pertama makanan dan kedua lingkungan serta pola asuh. Lah itu mah tiga yak hihihihi. Untuk makanan tidak ada tawar menawar. Rezeki yang saya peroleh haruslah halal. Insya Allah yah. Agar anak kita juga bisa makan makan yang toyyib. Kedua, yang susah mengawasinya ya ini dia, lingkungan dan pola asuh. Untuk kedua hal ini terus terang pengetahuan saya masih cetek. Jadi, saya memulai dari memberikan makanan yang halal dan toyyib dulu untuk kedua anak saya.  Mudah-mudahan ikhtiar saya menjadikan kedua anak saya salah dan salehah. Amin (Doakan juga ya kedua anak saya).

9 pemikiran pada “Tukang Bubur Ini Selalu Mengaji Saat Menunggu Pembeli”

  1. Ping-balik: Makan Disini 7 Ribu Aja, Murah Tapi Enak!
  2. ketika akan makan di luar, apa yang paling pertama saya pikirkan adalah makan halal dimana, kedua baru thoyib, higienis engga, komposisi nya sehat ngga, dst 🙂

    Balas
    • benar mas, makanan yang halal insya Allah lebih barakah buat anak-anak. Saya percaya itu memengaruhi sikap mereka ketika besar nanti.

  3. Wah ummi hebat masih sempat membacaa alquran saat bekerja, setuju kalo mknan, lingkungan dan pola asuh membentuk karakter anak

    Balas
  4. Wah, insya allah berkah yaa Ummu…usahanya. emang sih rasanya adem aja kalau beli makanan ke penjual yang sudah benar2 terlihat meyakinkan dalam penyediaan juga dalam kehalalan jualannya. Jadi ga perlu ragu2 yak.

    Balas
  5. kayanya perlu nyoba bubur Umi deh.
    BTW ada iklan terselubung tuh, ada kaleng permen.
    Jangan2 si Umi meng-endorse F*X
    Perlu diselidiki #abaikan

    Balas

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.