Paman saya meninggal dunia karena kecelakaan kendaraan roda dua pada tahun 1993. Padahal usianya baru menginjak 14 tahun, kira-kira kelas 2 SMP. Fakta tersebut ternyata tidak berbeda dengan data Korlantas Polri yang menyebutkan bahwa korban kecelakaan terbanyak merupakan kelompok usia antara 15-24 tahun.
Mirisnya lagi, masih menurut catatan Korlantas Polri, dari 89.000 kecelakaan kendaraan bermotor pada semester pertama tahun 2017, menunjukkan bahwa korban kecelakaan terbanyak yaitu 20 persennya berasal dari golongan usia produktif yaitu pelajar dan mahasiswa.
Melihat data tersebut Michelin, perusahaan ban terkemuka di dunia, menggandeng Kementerian Perhubungan, Polri dan Federasi Otomotif Internasional yang diwakili oleh IMI untuk menggelar Michelin Safety Academy dengan tujuan memberikan pemahaman dan pelatihan berkendara yang baik pada 400 pelajar SMA di Pusdik Lantas Polri Serpong, Tangerang.
Ruang Kelas Teoritis
Anak-anak SMA yang rata-rata sudah memenuhi syarat untuk membuat SIM ini berasal dari Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Cilegon. Misalnya Ibnu (17 tahun), pelajar SMK asal Bekasi ini juga menuturkan bahwa semua fasilitas yang diberikan Michelin sangat maksimal.
Ibnu dan teman-temannya hanya tinggal datang ke sekolah dan dijemput oleh Michelin untuk datang ke Pusdik Lantas Polri di Serpong. Ibnu dan rekan-rekannya bukan hanya mendapatkan pelatihan berkendara yang baik dan aman, tapi juga mendapatkan snack, makan serta biaya keikutsertaan ujian SIM gratis pada 14 Oktober 2017 mendatang di Satpas SIM, Daan Mogot, Jakarta Barat.
Ajang tahunan Michelin Safety Academy menggandeng anak-anak SMA ini sudah memasuki tahun ke dua. Pesertanya pun semakin meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Anak-anak SMA ini bukan hanya dibekali dari sisi teori saja, namun juga langsung praktik di lapangan yang sudah disesuaikan dengan simulasi pengujuan SIM nanti.
Seperti Annisa yang cukup grogi saat melakukan tes praktik mengendarai kendaraan roda dua. Annisa, pelajar SMA 2 Tangsel masih merasa kesulitan saat harus mengendari motor dan membentuk formasi angka delapan. Sementara rintangan lainnya bisa dilalui dengan mudah.
Pemberian materi teoritis tidak hanya saat di kelas saja. Namun juga langsung turun ke lapangan. Misalnya dalam sesi teori di kendaraan roda dua, anak-anak SMA ini dibekali pengetahuan tentang mengenal usia ban motor yang bisa diidentifikasi dari angka yang tertera pada ban.
Begitu juga tentang pembekalan keselamatan sebelum berkendara mulai dari mengecek fungsi-fungsi rem dan gas, serta kelengkapan keselamatan seperti helm, pelindung lutut, pelindung siku juga teknik serta etika dalam berkendara di jalan.
Buat saya, pengetahuan dasar seperti ini amat penting diketahui semua anak-anak. Bahkan saya sendiri yang sudah memiliki SIM A dan C juga mendapatkan teori-teori baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumya di buku manual maupun dari obrolan sehari-hari bersama teman-teman lain yang sebaya.
Alat safety pengendara motor saat tes uji praktik
Uniknya hampir semua kendaraan yang digunakan untuk uji praktik SIM A mapun SIM C sudah diganti dengan ban Michelin.
Salah satu yang memang harus diakui adalah keunggulan ban michelin yang tidak akan selip di jalan berpasir sekalipun. Tentu ini juga bergantung dari keterampilan si pengendara.
Lokasi uji tes uji praktik SIM C di Pusdik Lantas Polri Serpong ini ada sebagian aspal namun ada sebagian di cor. Nah, bagian di cor ini yang sedikit berpasir.
Melihat rasa percaya diri para instruktur mengendarai motor di track berpasir membuat saya jadi deg-degan. Khawatir motornya selip dan terjatuh. Tapi, ternyata kekhawatiran saya itu tidak terjadi.
“Michelin memberikan kesempatan bagi para siswa SMA lewat Michelin Safety Academy untuk membekali diri mereka dengan berbagai persiapan sebelum menghadapi ujian SIM yang sesungguhnya” tutur ibu Nora Guitet.
“Michelin berharap agar lulusan Michelin Safety Academy dapat menjadi agen pelopor keselamatan sekaligus menjadi role model sebagai pengendara yang bertanggung jawab,” tambahnya.
Cukup mengejutkan juga karena saya baru menyadari jika kedua Youtuber otomotif ternama ternyata menjadi salah satu ambassador dalam Michelin Safety Academy.
Michelin sengaja menggandeng beberapa influencer salah satunya termasuk pebalap Rio Haryanto agar pesan-pesan berkendara yang aman ini bisa diterima oleh anak-anak remaja. Alasannya karena biasanya anak-anak lebih mudah menerima pesan dari orang-orang yang menjadi panutan mereka.
Diskusi menarik lain saat bersama mas Fitra Eri dan Motomobi adalah kejelasan tentang vlogging saat berkendara.
Keduanya pun berkomitmen tetap memberikan konten yang menarik, informatif tanpa harus melanggar undang-undang lalu lintas.
Semoga dengan mengikuti akademi gratis ini dapat mengurangi tingkat kecelakaan di usia sekolah….
Targetnya udah tepat menyasar anak-anak yang baru mau mengambil SIM.