Awalnya saya tak mengetahui jika tujuan pagi itu adalah mengunjungi Pulau Kodingareng, Kecamatan Tanah Ujung, Makassar, Sulawesi Selatan. Pulau yang dihuni sekitar enam rukun tetangga ini menjadi salah satu pulau yang disinggahi oleh rombongan dari Bank Indonesia serta peserta Ekspedisi Nusantara Jaya tahun 2015. Pulau yang hanya bisa diakses dengan menggunakan kapal atau perahu ini, jaraknya sekitar 60 menit dari Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar.
Saya cukup terkesan dengan kesiapan para petugas BI mengawal rupiah dengan menggunakan salah satu kapal milik TNI AL, landing craft utility (LCU) yang menjadi bagian dari KRI Banda Aceh. Kapal dengan kapasitas 150 orang itu akhirnya mengantarkan kami di pulau kecil nan indah yang dikelilingi dengan pasir putih dan air laut sebening kristal. Di pesisir dermaga, terlihat ikan-ikan kecil ikut menyambut kedatangan kami membawa rupiah ke pulau terpencil ini.
***
Tidak berbeda jauh dengan perjalanan rupiah lainnya ke seluruh pelosok daerah di Indonesia. Perjalanan rupiah kali ini pun, kami dikawal oleh beberapa pasukan TNI AL dengan persenjataan lengkap. Saya jadi berkhayal, rasanya saya akan terlihat keren sekali mengenakan pakaian loreng dengan menenteng senjata laras panjang sambil menatap lurus di haluan kapal.
Kapal yang kami tumpangi tak hanya membawa rombongan karyawan BI, beberapa prjurit TNI AL dan peserta ENJ 2015 saja, melainkan membawa pula beberapa bantuan seperti pemancar, solar panel, dua toren hingga televisi.
Bantuan tersebut sudah menjadi salah satu paket dalam program sosialisasi gerakan non tunai, program penukaran uang dan juga sosialisasi uang asli.
Setelah perjalanan laut selama 60 menit dengan arus dan gelombang yang tenang, akhirnya kami pun sampai di tujuan. Ternyata, di ujung dermaga sudah banyak orang menanti, termasuk anak-anak pulau Kodingareng yang sedang asyik berenang di air yang jernih bak sebuah kaca.
Keindahan pulau kecil ini benar-benar membuat saya terpana. Sekali pandang saja langsung membuat saya jatuh hati dengan keindahannya. Pasirnya putih dan airnya jernih. Saya tak menyangka jika ada pulau secantik ini yang dekat dengan Makassar.
Tarian Anging Mamiri pun menjadi sebuah sambutan hangat bagi kami. Lenggak lenggok gemulai remaja putri Pulau Kodingareng benar-benar membuat saya lupa bahwa saya berada di sebuah pulau kecil. Sambutan hangatnya membuat saya merasa berada di kampung sendiri.
Setelah ritual sambutan dari beberapa pejabat, kemudian kami kembali ke balai warga untuk melakukan penukaran uang. Beberapa relawan dan karyawan BI pun mulai mengangkut beberapa peti-peti uang baru beserta beberapa bantuan yang sudah disiapkan dari Jakarta melintasi lautan.
Warga tampak sangat antusias mengikuti kegiatan penukaran uang secara gratis. Bahkan beberapa orang sepertinya sudah menunggu sejak pagi hari. Sosialisasi tampaknya cukup berhasil mengundang warga masyarakat untuk memanfaatkan kesempatan langka ini.
Saya terbelalak melihat berbagai macam kondisi rupiah warga Pulau Kodingareng ini. Beberapa uang rupiah bisa dikatakan sudah tidak layak lagi. Ada yang robek dan hilang di beberapa bagian, berlubang, kumal, hingga terpisah.
Beruntung Bank Indonesia menerima semua rupiah dalam kondisi apapun. Hal ini merupakan komitmen Bank Indonesia terhadap kedaulatan mata uang rupiah di pulau terpencil seperti Pulau Kodingareng.
Melihat kondisi uang yang sudah lusuh dan tak layak itu saya jadi mengelus dada dan bertanya-tanya dalam hati. Bagaimana warga pulau ini memperlakukan rupiah sehingga kondisinya hampir “sama”.
Melihat kondisi rupiah di pulau Kodingareng membuat saya harus banyak bersyukur karena buat kamu yang tinggal di kota-kota besar akan dengan sangat mudah menukarkan rupiah yang lama dengan rupiah yang baru.
Berbeda dengan warga pulau Kodingareng ini yang harus menunggu datangnya Bank Indonesia. Karena saya yakin tidak ada warga yang mau mengkoordinir penukaran uang meskipun pada saat lebaran.
Beberapa warga terlihat antre menukarkan uangnya dengan tertib. Beberapa prajurit TNI AL pun ikut membantu membuat jalur antrean sehingga prosesnya bisa lebih cepat namun tetap teratur.
Sementara itu beberapa relawan peserta Ekspedisi Nusantara Jaya 2015, terlihat sedang merakit pemancar untuk memasang sebuah televisi yang bisa digunakan bersama-sama oleh warga. Sumbangan dari Bank Indonesia ini diberikan lengkap dalam bentuk paket pemancar, solar panel sebagai sumber listrik dan juga sebuah televisi.
Anak-anak terlihat sangat antusias menyaksikan kegiatan penukaran uang. Tak berbeda dengan anak-anak kampung lainnya. Mereka menyaksikan dengan seksama proses penukaran uang dengan tertib.
Mungkin, suatu saat nanti, ada di antara mereka yang akan menjadi pegawai BI atau prajurit TNI AL lain yang mengawal rupiah ke beberapa pulau di Indonesia kelak. Keberadaan para pengawal rupiah ini bisa jadi sebuah role model bagi anak-anak, bahwa ada profesi lain selain profesi yang dilakoni orang tua mereka sebagai nelayan.
Perjalanan mengawal rupiah ke Pulau Kodingareng tak terasa berlangsung singkat. Padahal rasanya baru beberapa menit saja menginjakkan kaki di pasir putih dan air yang sebening kristal di pulau ini. Ada sejumput kisah tentang perjuangan menyalurkan rupiah ke pulau-pulau terpencil yang tidak banyak diketahui masyarakat luas.
Pertemuan kami pun berakhir di dermaga Pulau Kodingareng. Setelah disambut dengan hangat, kami pun kembali diantar dengan selaksa perasaan bahagia.
Perjalanan singkat tersebut benar-benar membuat saya sadar bahwa perjuangan menyalurkan rupiah di tanah air tidak akan berhenti sampai di sini saja.
ulasan yang inspiratif sahabat.
thank you mas
Salut dengan kerja tim ini. Ternyata menyebarkan uang nasional kita di negeri sendiri tidak mudah. Padahal mata uang adalah salah satu bukti kedaulatan suatu negara. Keren banget!
Betul mbak, perjuangan ke pulau terluar dengan medan dan akses jalan yang tak mudah ini yang jadi tantangan. Perjuangan mereka patut diapresiasi.
Halo mas
Aku baru tahu kalau ada perjalanana seperti ini agar seluruh pelosok masyarakat bisa menikkmati uang rupiah. Kisah yang menarik. Terima kasih telah berbagi, mas. Good luck ya mas
Iya mba, dulu saya diajakin sama Kompasiana ikut ekspedisi ini sampai ke Sorong. Seru banget karena benar-benar mendatangi beberapa pulau pulau seperti ini. Jadi, kebayangkan perjuangan para karyawan BI ini mengedarkan rupiah.
Mantab nih Bank Indonesia. Menerima penukaran uang dalam segala jenis bentuk. Mulai utuh sampai setengah utuh. ?
Semoga kegiatan ini bisa sangat bermanfaat untuk warga sekitar dan menjadi bentuk perhatian bank Indonesia terhadap masyarakat pulau.
Salah satu komitmen BI dan juga menjaga kedaulatan RI di pulau seperti ini mas. Makanya semua bentuk uang meskipun tidak sempurna asal potongannya masih ada tetap diterima oleh BI.
Bahkan beberapa uang yang sudah tidak beredar pun tetap diterima penukarannya.