Bakmi Jawa Mbah Rejo, Etnik Banget Rasanya

image
Lokasinya berada di ruko griya Jakarta, Pamulang

Semalam saya sempat diajak ke sebuah warung bakmi jawa oleh bibi saya. Memang warung ini sudah sejak lama mencuri perhatian saya. Sempat pernah mau ke sini tapi tutup. Hingga akhirnya malam itu rasa penasaran saya terjawab sudah.

image
Menu bakmi mbah rejo

Setelah duduk lesehan saya mulai melirik daftar menu. Namanya aneh-aneh dan tidak ramah ditelinga. Meskipun saya pernah tinggal selama tiga tahun di Jogja, rasanya belum pernah mengetahui menu-menu yang tersedia. Maklumlah karena saya tinggal di asrama dan jarang keluar malam. Singkatnya saya kurang gaul hehehe.

Yuk kita bahas menu apa yang unik itu. Misalnya bakmi nyemeg, bakmi nyemeg ini ternyata berada posisinya disajikan diantara bakmi goreng dan bakmi ghodog. Kuahnya tidak terlalu banyak juga tidak terlalu kering.

image

Nasi goreng Magelangan, Magelang adalah sebuah daerah yang di kenal juga sebagai tempatnya Candi Borobudur. Tapi, nasi goreng Magelangan bukan berarti dibuat di Magelang. Melainkan nasi goreng dicampur dengan mie goreng. Sebaliknya nasi goreng Semarangan di campur dengan bihun. Nah yang terakhir nasi goreng obar-abir perpaduan antara nasi goreng, mie goreng dan bihun goreng.

image

Akhirnya saya mencoba nasi goreng Magelangan. Istri saya memesan Bakmi goreng dan mertua saya memesan bakmi ghodognya. Sempat kepikiran pesan nasi ghodog tapi berpikir apakah muat? Hehehe

image

Setelah merasakan ketiganya, rasanya sungguh autentik sekali (meminjam istilah Junanto Herdiawan, penulis buku Shocking Japan) benar-benar melahirkan kembali memori-memori indah selama menuntut ilmu di Yogyakarta. Apalagi sang pemilik bakmi yang kesemuanya menggunakan batik memutar tembang Jawa yang khas dan mendayu-dayu.

image

Meskipun hanya warung pinggiran kaki lima rasanya benar-benar nikmat karena masih diolah secara tradisional menggunakan anglo dengan bahan bakar arang. Memang rasanya sangat berbeda dengan bakmi yang dimasak menggunakan kompor gas.

image

Di warung ini juga tersedia minuman khas wedang ronde. Rasanya sungguh mengugah memori untuk kembali ke Yogyakarta. Meskipun saya lahir di Bandung, tapi kecintaan saya terhadap Yogyakarta tak bisa dilupakan sama sekali.

Lagi, saya menemukan tempat tongkrongan yang asyik di Pamulang. Warung Jawa ini memiliki nilai filosofi yang tinggi dengan mengajarkan kesabaran. Karena semua masakan diolah satu persatu dengan telaten. Jangan harap untuk mendapatkan pelayanan yang super cepat seperti di restoran cepat saji. Tapi disitulah seninya bersabar dan tidak mengeluh menunggu sebuah sajian tradisional nan istimewa.

Sambil menikmati wedang ronde yang hangat dan menunggu sajian utama datang, saya bercengkrama dengan anak saya yang menikmati pula sajian lagu Shiela on 7 yang kebetulan sempat dibawakan oleh sekelompok pengamen.

“Dan kau bisikkan, raaaasaaa saaayaanggg”

Salam Hangat

Satu pemikiran pada “Bakmi Jawa Mbah Rejo, Etnik Banget Rasanya”

  1. Seneng bgt di review kayak gini, makasih ya mas. Ini yg punya bapak saya, iseng iseng bikin dagangan kaki5 buat bantu sodara dikampung, diboyong lalu dikasi modal buat bikin mie jawa ini. Dari mienya jg kami buat sendiri. Sayangnya memang harus tutup karna sodara saya pulang kampung dan memilih buka di kampubg supaya bisa sambil jaga ibunya.

    Balas

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.