Nil Battey Sannata, Kisah Seorang PRT yang Ingin Mengubah Garis Tangan Anaknya

Apu kaget bukan kepalang, ternyata ancaman Chanda, ibunya benar-benar dilakukan.

Chanda mengenakan seragam seperti Apu, anaknya. Awalnya Chanda merasa sungkan. Namun ternyata Chanda pandai bergaul dan lambat laun teman-teman Apu mulai menyukainya.

Petaka bagi Apu karena kini Chanda seolah merebut semua teman baiknnya. Padahal Chanda adalah ibunya, iya ibunda Apu yang juga berperan sebagai ayahnya, kini berada di dalam kelas yang sama. Belajar bersama-sama.

Inilah kisah seorang single parent bernama Chanda yang diperankan sangat apik oleh Swara Bhaskar. Peran Ria Shukla juga tak kalah menarik. Mereka berdua memainkan hubungan antara anak dan ibu dalam keseharian yang lekat dengan kita. Kasih sayang, kadang diselingi dengan pertengkaran dan perselisihan.

Yup, selain Kuch Kuch Hota Hai, film Nil Battey Sannata ini juga sukses membuat saya berderai air mata.

Salah satu yang menurut saya unik dengan nuansa yang berbeda adalah penataan musik dan sinematografinya mirip-mirip dengan film-film Korea.

Film yang dirilis pada bulan April 2016 ini memiliki tema yang long lasting. Film besutan Ashwini Iyer Tiwari benar-benar sukses mengaduk perasaan saya ketika menonton. Film drama keluarga ini cocok sekali ditonton oleh anak-anak muda yang doyan tawuran. Banyak moral value yang bisa diambil dari film ini.

Perjuangan Chanda untuk menyadarkan Apu tidak main-main di film ini. Chanda sampai harus bekerja dua shift ditambah lagi dengan sekolah pada pagi hari demi memotivasi Apu yang seperti patah arang menghadapi masa depan.

Apu merasa tidak ada gunanya sekolah karena ia adalah anak seorang pembantu. Dalam pemikirannya, toh Apu paling-paling akan menjadi pembantu juga seperti Chanda, ibunya.

Namun Chanda beruntung memiliki seorang majikan dokter yang bisa diajak berdiskusi. Chanda malah didorong untuk mengubah paradigma Apu dengan cara-cara yang sangat ekstrem.

Kelakuan Apu dalam film ini memang masih relevan dengan kondisi sebagian anak-anak sekarang. Apu digambarkan sosok yang pemalas, tidak memiliki masa depan dan mudah marah karena sensitif. Meskipun demikian, sebenarnya Apu merupakan murid yang pandai.

Di film inilah saya kembali diingatkan betapa besar pengorbanan dan perjuangan seorang ibu terutama seorang single parent yang benar-benar harus berjuang. Chanda bahkan sampai sakit-sakitan memperjuangkan hidup dan berusaha sekuat tenaga agar Apu memiliki nasib yang lebih baik kelak.

Bagaimana nasib Apu selanjutnya?

Apakah Chanda berhasil mengubah paradigma bahwa anak pembantu tetaplah akan menjadi pembantu?

Tonton dulu deh trailer nya di bawah ini ya 🙂

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.