Permasalahan jalan rusak merupakan salah satu momok menakutkan bagi warga. Selain kemacetan, semrawut dan juga potensi kecelakaan semakin tinggi akibat perbaikan jalan. Alih-alih ingin jalan diperbaiki, malah menimbulkan masalah baru yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Sebagai salah satu contoh adalah perbaikan di Jalan Siliwangi Raya dan juga Jalan Pajajaran, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Perbaikan dan pelebaran yang serampangan hingga kini masih terlunta-lunta. Salah satu penyebabnya menurut beberapa warga disebabkan karena lambatnya pencairan dana dari Provinsi. Pihak Pemkot berkilah bahwa kedua jalan tersebut merupakan domain Pemerintah Provinsi dan bukan Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Apa yang dirasakan warga?
Selama hampir satu tahun warga Pamulang merasakan kemacetan tak berujung akibat pembangunan pengecoran jalan yang serampangan dan tidak terstruktur. Hingga saat ini pengecoran jalan masih berlangsung namun secara acak. Bisa jadi terhambat akibat masalah pembebasan lahan.
Namun, seharusnya hal tersebut bukan menjadi alasan dengan mengabaikan keselamatan pengguna jalan. Selain kerugian materin juga menimbulkan kerugian imateri.
Mari kita bedah apa saja kerugiannya.
Tepat di ujung pintu Universitas Pamulang ini pengecoran jalan dimulai. Padahal posisinya tepat berada di mulut pintu akses masuk Universitas Pamulang. Wal hasil setiap bubaran sekolah SMK Sasmita dan bubaran mahasiswa UNPAM, Jalan Pajajaran praktis lumpuh beberapa jam.
Selain harus menunggu giliran dari arah Ciputat juga menunggu semua mahasiswa UNPAM keluar. Berapa banyak bensin dan waktu yang terbuang?
Pengecoran jalan tidak pernah dipikirkan dampak lingkungan dan sosial terhadap warung, toko, hingga fasilitas kesehatan. Beberapa akses masuk tertutup dan praktis hanya bisa menerima nasib, hingga semen pengecoran kering. Padahal banyak warga yang bergantung pada fasilitas kesehatan yang aksesnya tertutup akibat pengecoran jalan.
Aspek keselamatan pengguna jalan tidak dipikirkan dengan matang. Sebagai salah satu contoh, sambungan pengecoran Jalan Pajajaran yang terputus di depan Pom Bensin Portal ini sangat rawan kecelakaan karena kerikil dan batuan kecil yang berada di ujung jalan.
Hal ini sama sekali tidak dipikirkan oleh kontraktor tentang keselamatan pengguna jalan terutama pengguna sepeda motor yang paling beresiko mengalami selip ban ketika melewati jalan berpasir dan kerikil kecil seperti ini.
Pengatur jalan tidak resmi meski membantu namun kerap tak mengetahui keputusan yang tepat. Terkadang satu sisi antrean lebih panjang di sisi lainnya. Hal tersebut dianggap warga sebagai salah satu bentuk pungli terselubung.
Timbul dugaan jalan yang baru saja selesai di cor meski sudah kering sengaja ditutup dalam waktu yang tidak jelas demi mendapatkan tambahan pundi-pundi rupiah.
Lemahnya analisis dampak lingkungan dan sosial terhadap pembangunan fasilitas umum berakibat pada mubazirnya fasilitas yang dibangun. Salah satunya adalah Jembatan Penyebrangan Orang di depan perumahan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang hingga kini hanya sebagai pajangan. Selebihnya hanya sebagai papan reklame belaka.
Padahal banyak mahasiswa yang lebih membutuhkan JPO berada di sekitar Kampus dan Masjid yang posisinya saling berhadapan.
Solusi Inovatif Terhadap Perbaikan Jalan dan Fasum lainnya
Seiring dengan perkembangan teknologi jelas dibutuhkan ide dan inovasi kreatif dalam menyelesaikan permasalahan infrastruktur umum seperti jalan dan jembatan penyebrangan orang. PUPR dapat melakukan studi banding ke berbagai negara dalam menyelesaikan persoalan perbaikan jalan seperti Jepang dan Rusia.
Jepang sangat andal dalam perbaikan jalan pasca Tsunami. Sedangkan Rusia memiliki berbagai inovasi dalam membuat beberapa alat perbaikan dan pembangunan jalan sehingga memungkinkan memangkas waktu lebih cepat dari cara sebelumnya.
1 . Analisis Mengenai Dampak Sosial dan Lingkungan yang ketat.
Amdal bukan semata tentang hasil akhir dari proses pembangunan. Yang utama justru dalam proses pembangunan tersebut yang sejujurnya sangat krusial karena mengacak-ngacak pola yang sudah ada. Misalnya dalam kasus perbaikan dan pelebaran jalan di Pamulang, pemerintah terlebih dahulu menyiapkan beberapa rute alternatif sehingga arus lalu lintas bisa terbagi dan tidak menimbulkan kemacetan yang lebih parah dari biasanya.
2 . Tinjau ulang pengecoran jalan jika sistem drainase yang jadi penyebab utama.
Ibarat mencari tikus di sebuah lumbung padi. Caranya bukan dengan cara membakar lumbungnya, tapi dengan cara menangkap tikusnya tanpa membakar lumbungnya.
Inilah konsep-konsep yang seharusnya dikedepakan. Lebih ramah lingkungan dengan biaya lebih ringan. Fokus pada masalah dan bukan malah menciptakan masalah baru. Permasalahan yang terjadi jika diperhatikan utamanya saluran drainase yang tidak baik dan terjadinya sedimentasi selokan membuat jalan tergenang. Akibatnya jalan lebih cepat rusak terutama saat musim hujan.
Pengecoran jalan bukan solusi jika kesadaran masyarakat akan kebersihan juga masih kurang. Bercermin pada Provinsi Jakarta yang membenahi sistem drainase jalan sebelum melakukan perbaikan dinilai sangat efektif mengurangi genangan yang mengakibatkan kerusakan jalan.
Hal ini tentu harus dilakukan secara menyeluruh. Buat jalan keluar untuk air yang tergenang. Terkadang air di atas jembatan pun masih mampet. Salah satu contohnya adalah jembatan perbatasan di Jalan Ir.H.Juanda Ciputat dan Jakarta, persis berada di seberang LIA Ciputat. Saat hujan turun jalan di atas jembatan malah tergenang air. Padahal sungainya ada di bawah jembatan tersebut.
3. Rangkul warga untuk berdiskusi mencari jalan keluar bersama.
Pedagang-pedagang kaki lima banyak yang berkurang penghasilannya selama pengerjaan jalan. Tak sedikit malah yang gulung tikar. Beruntung jika bisa menemukan lahan jualan baru.
Ini yang belum tersentuh sama sekali. Bukan hanya pedangang kaki lima, pedagang yang memiliki warung dan ruko resmi di pinggir jalan pun sudah pasti terkena imbasnya. Ujung-ujungnya terjadi pengurangan upah terhadap karyawannya.
Jika durasi pengerjaan perbaikan jalan bisa dipangkas lebih singkat saya yakin akan lebih banyak usaha kecil menengah yang bisa diselamatkan.
4. Teknologi Lahirkan Solusi
Meskipun penelitian itu mahal, namun harus tetap dilakukan. Salah satunya inovasi tentang aspal yang bisa menyerap air. Selain ramah lingkungan, air hujan juga bisa tertampung dan tidak membuangnya. Meskipun tidak bisa diterapkan pada semua jengkal jalan, namun upaya ini bisa mengurangi kerusakan jalan akibat cuaca dan musim hujan pada negara beriklim tropis seperti di Indonesia.
aku sudah baca soal teknologi phosporus ini, kayanya penting ya di daerah yang minim fasilitas drainasenya, tau sendiri pembangunan jalan di kita itu jarang dilengkapi selokan kiri kanan jalan jadi pas hujan banjir deh
Iya, klo daerah yg sering hujan pas banget diaplikasikan, selain itu jg jd hemat lahan