Akhir pekan lalu (15/6), TBI sebuah kursus Bahasa Inggris asal Bandung, mengajak para guru Bahasa Inggris di sekitar BSD untuk mendapatkan pelatihan “Writing Stories for Children” yang bertempat di Gedung TBI, BSD City. Acara tersebut digelar secara gratis untuk para guru yang di isi oleh penulis cerita senior Mathilde May. Beliau adalah mantan senior Editor CnS Magazine, majalah berbahasa Inggris yang cukup sangat dikenal di berbagai tempat kursus Bahasa Inggris. Beliau juga pernah memenangi lomba menulis cerita baik tingkat nasional maupun tingkat internasional.
Saya berkesempatan untuk menimba ilmu langsung dari seorang senior yang sudah masuk umur kepala enam. Pelatihan diselenggarakan dengan suasana yang santai namum tetap berisi. Mathilde memberikan pengajaran dengan asyik dan mudah dimengerti meskipun di awal-awal nampaknya para peserta mengalami sedikit penyesuaian.
Banyak sekali manfaat sebuah cerita dalam kehidupan kita. Bagi anak-anak cerita adalah sebuah nasihat yang mudah mengena karena tanpa menggurui. Anak-anak sangat suka sekali jika diceritakan sebuah cerita terutama oleh orang tuanya. Cerita dapat meningkatkan imaginasi dan kreatifitas anak, membentuk akhlak dan moral anak serta dapat pula dijadikan sebagai sebuah terapi bagi anak-anak.
Ada sebuah pengalaman nyata, bagaimana orang tua harus memberikan terapi kepada seorang anak yang takut hujan dan kilat. Orang tua dan dibantu gurunya terus menerus memberkan sebuah cerita betapa menyenangkannya bisa bermain hujan-hujanan sehingga suatu saat anak ini berani untuk menghadapi hujan bahkan bermain hujan-hujanan dengan riang. Hal ini menunjukkan bahwa cerita memang menjadi cara penyembuhan yang murah, mudah dan menarik baik bagi anak-anak maupun orang tua.
Bagi para orang tua yang jarang bertemu anaknya, cerita merupakan salah satu alternative bagaimana orang tua bisa lebih mendekatkan diri pada anak. Ada banyak sekali profesi yang membuat orang tua harus berpisah dengan orang tua, namun dengan kemajuan teknologi orang tua yang saying anaknya pasti menyempatkan diri untuk bercerita kemudian direkam dan dikirim pada istrinya untuk diperdengarkan pada anaknya dalam bentuk file mp3 atau yang lebih baik lagi dalam bentuk podcast.
Sebuah pengalaman nyata ketika saya harus pulang kampong dan berpisah dengan anak istri saya selama 10 hari lamanya. Akhirnya saya merakam suara saya sambil bercerita tentang cerita kesukaan anak saya. Kemudian saya kirimkan suara tersebut melalui whatsapp. Ajaib, anak saya ternyata selalu meminta rekaman cerita saya diputar pada ibunya ketika ia hendak tidur.
Bagi para guru, cerita pun merupakan nasihat yang paling ampuh bagi anak didiknya. Tidak ada siswa yang tidak menyukai cerita. Guru pun dapat bercerita tentang kisah suksesnya sehingga dapat memotivasi siswanya untuk lebih berprestasi.
Bahkan para ustadz, kyai dan para motivator kerap kali menyisipkan sebuah cerita dalam ceramahnya agar lebih menarik dan pesan yang disampaikan mengena lebih dalam tanpa menggurui pendengarnya.
Lalu apa saja cerita yang diminati anak-anak? Mathilde memberikan penjabaran kurang lebih anak-anak itu menyukai cerita tentang petualangan, cerita horror atau certa misteri, drama kehidupan nyata, dan action stories yang memiliki jagoan atau superhero.
Ketika seseorang ingin menulis cerita untuk anak-anak maka dia harus merubah dirinya seolah-olah bahwa dirinya adalah anak-anak. Pikiran harus lepas dan tidak terkungkung dengan segala aturan orang dewasa. Semakin liar akan semakin baik bahkan anak-anak menyukai imaginasi yang liar. Hal tersebut biasanya tergambar pada gambar-gambar atau lukisan anak-anak.
Cerita tragis yang bikin mewek sepertinya kurang cocok disajikan bagi anak-anak. Happy ending dalam sebuah cerita tidak mutlak harus ada. Penulis tidak perlu memaksakan diri apakah ceritanya harus happy ending atau bahkan sebaliknya. Namun, pada umumnya cerita untuk anak-anak selalu berakhir bahagia.
Dalam sebuah cerita harus selalu ada konflik yang menimbulkan ketegangan batin pembacanya. Masalah tidak langsung begitu saja pada klimaknya namun harus perlahan-lahan sehingga konflik tersebut memuncak, setelah itu segeralah mengakhiri konflik tersebut dengan sebuah resolusi sederhana yang memberikan moral value bagi anak-anak tanpa menggurui.
Nasihat atau pesan moral dalam sebuah cerita anak-anak tidak perlu dijabarkan dengan jelas bahwa anak-anak harus ini dan itu, namun penulis harus mendeskripsikannya dengan lembut dan tidak secara langsung. Anak-anak sudah cukup pandai untuk menilai sebuah cerita tersebut memiliki pesan moral atau tidak. Lebih baik lagi jika ketika anak-anak membaca cerita diberikan pendampingan baik oleh guru maupun oleh orang tua hanya sebagai pendamping saja. Sekali lagi nasihat tidak sebaiknya dijabarkan pada anak karena esensi dari cerita itu adalah tidak menggurui. Jadi biarkan anak-anak menangkap pesan moral tersebut agar melatih pula logika berpikirnya.
Mathilde memberikan tiga hal yang perlu dilakukan dalam menilai sebuah cerita. Pertama, certia tersebut haruslah menarik. Menarik disini sudah diungkapkan diatas bahwa harus ada konflik. Entah itu konflik yang diambil dari kisah nyata ataupun sebuah karangan belaka. Kedua, cerita yang bertemakan anak-anak belum tentu cocok dibaca anak. Artinya memang harus dipastikan bawa sebuah cerita layak dan cocok untuk dibaca oleh anak-anak baik dari ide ceritanya maupun pesan moral. Contohnya seperti kisah tragis tidak cocok untuk dibaca anak-anak karena biasanya anak-anak harus berpikir keras untuk mengambil intisari dari sebuah cerita tersebut. Terakhir adalah moral value. Ya, cerita yang baik selalu meninggalkan sebuah pesan agar pembacanya bisa merenungkan dan mengambil teladan dari cerita yang dibaca atau didengarnya.
Diakhir sesi kemudian Mathilede May membuat sebuah kompetisi kecil-kecilan agar para peserta membuat sebuah cerita ringkas, unik dan untuk anak-anak. Kemudian cerita tersebut dipajang di dinding untuk dinilai bersama-sama.
Hasilnya, cerita yang mendapatkan poin tertinggi adalah cerita tentang hewan yang bisa berbicara layaknya manusia dengan mengangkat tema sebuah persahabatan.