Barongsai Juara Dunia – Awalnya saya belum mengenal Barongsai Juara Dunia asal Indonesia ini. Kemeriahan Imlek malah baru pertama kali saya kenal pada tahun 2012. Saat itu saya baru saja pindah kerja, bergabung pada salah satu sekolah Buddhis di Tangerang Selatan.
Dari sekolah inilah saya mengenal lebih dekat tradisi-tradisi warga keturunan Tionghoa mulai dari tradisi bakti tuang teh, perayaan Imlek, berziarah ke rumah duka, hingga beberapa kesenian tradisional Tionghoa yang semakin terkikis perkembangan zaman.
Akulturasi Budaya dalam Semangat Imlek
Meskipun demikian, secara kasat mata ternyata banyak persamaan dalam tradisi tahun baru Imlek. Misalnya tradisi silaturahmi mengunjungi keluarga yang lebih tua atau mengunjungi tetangga-tetangga sambil berkirim aneka kue dan hidangan.
Tradisi serupa masih kental saya rasakan di kampung halaman Ayah saya di Jawa Timur. Setiap Lebaran tiba, semua tetangga saling berkirim makanan terutama setelah hari raya.
Baca juga Jelajah Rasa Kuliner Jawa Timuran di FKS2016
Tak terkecuali di Tangerang Selatan sekarang tempat saya tinggal. Banyak tetangga yang berasal dari Betawi dengan latar belakang Agama Islam yang sangat kental.
Tak berbeda jauh dengan tradisi hari raya Lebaran dan Imlek. Tetangga saling mengunjungi satu sama lain untuk bertegur sapa dan berbincang sesaat sambil menikmati hidangan khas Lebaran.
Bahkan tradisi memberikan Angpao pun sudah terjadi asimilasi dan banyak diadopsi menjadi tradisi turun temurun saat hari raya, memberikan uang kepada anak-anak kecil.
Sedangkan dalam tradisi warga Tionghoa, angpao diberikan dari mereka yang sudah menikah pada mereka yang masih lajang. Meskipun sudah kepala dua atau tiga namun masih lajang, tetap bisa mendapatkan angpao.
Inilah salah satu contoh keindahan keberagaman suku di Indonesia. Damai dan sejuk. Perbedaan yang ada justru bercampur baur dalam hari raya masing-masing.
Persamaannya bak sebuah benang merah sejarah yang menyatukan perbedaan suku bangsa. Rekam jejaknya tak bisa dilupakan sebagai bukti bahwa semua merupakan bagian dari NKRI.
Atraksi Barongsai Juara Dunia Tiga Kali
Hal lain yang juga tak pernah saya lewatkan adalah menyaksikan atraksi Barong di pusat perbelanjaan. Hampir setiap tahun saat tahun baru Imlek saya mengajak anak saya ke Living World Mall Alam Sutera Tangerang Selatan, Banten.
Inilah kesempatan yang kesekian kalinya saya menyaksikan atraksi Barong yang sudah pernah menjadi juara dalam kejuaraan dunia. Barongsai Kong Ha Hong sudah menjadi Barongsai langganan di Living World sejak pusat perbelanjaan tersebut dibangun.
Bagi anak saya yang kali ini sudah menginjak usia 5 tahun, belum lengkap rasanya jika tahun baru Imlek jika belum menyaksikan atraksi Barong ini.
Memang hampir setiap tahun baru Imlek tiba, beberapa pusat perbelanjaan di Tangerang Selatan dan sekitarnya tidak mau ketinggalan untuk menghibur para pengunjung dengan atraksi Barongsai.
Atraksi Barongsai Selalu Menjadi Magnet Pengunjung
Jika beruntung terkadang ada juga yang membawa Naga Liong yang cukup panjang itu. Meskipun atraksinya amat berbeda, namun keduanya menjadi salah satu yang tidak bisa dipisahkan dari perayaan Imlek di beberapa Mal di Tangerang Selatan dan Tangerang.
Untuk mendapatkan tempat duduk paling depan pun tak mudah bagi saya. Saat itu saya membawa kedua anak saya ditemani juga oleh istri saya. Kami datang dan menempati tempat duduk satu jam sebelum pertunjukkan dimulai.
Ternyata pengunjung yang hendak menonton atraksi barongsai bukan hanya dari kalangan keluarga keturunan Tionghoa melainkan juga banyak keluarga muslim seperti kami.
Meskipun pengelola sudah menyediakan tempat duduk hingga ke lantai dua, namun animo pengunjung untuk melihat langsung atraksi Barong tetap tidak bisa menampung begitu banyaknya penonton di tengah area Mal.
Baca juga Tempat Wisata Halal di Korea Selatan yang Wajib Dikunjungi
Atraksi Barongsai di Mal Living World ini memang terbilang unik dibandingkan dengan atraksi Barongsai di pusat perbelanjaan lainnya. Komunitas Barongsai Kong Ha Hong sudah menyiapkan pilar-pilar tinggi yang akan menjadi pijakan atlet Barong dalam memamerkan keterampilannya.
Aksi Barongsai Juara Dunia meloncat, berakrobat dan meliuk-liuk dengan sangat gesit menjadi salah satu kebahagiaan tersendiri buat anak-anak saya.
Mereka sangat senang menyaksikan atraksi barongsai ini hingga merasa perlu menonton untuk sesi pertunjukan yang sama untuk kedua kalinya.
Yang menjadikannya cukup unik, agar mendekatkan diri pada anak-anak lintas generasi, beberapa lagu dance dan hip hop diputar dan Barongsai menari dan berjoget mengikuti irama modern yang ada.
Anak-anak yang menonton atraksi Barongsai ini memancarkan mata bahagia dan rasa senang yang membuncah, apalagi ketika mereka bisa langsung memberikan angpao kepada sang Barongsai.
Namun bukan itu yang menjadi ketertarikan saya. Yang menjadi atraksi kali ini menarik karena saya berhasil mewawancarai “Kepala Barongsai” yang juga seorang muslim.
Simak saja wawancara berikut ini dengan mas Roni yang telah menggeluti dunia Barongsai selama 12 tahun lebih. Kini usianya menginjak 29 tahun dan masih terlihat prima membawakan kepala Barongsai yang meliuk-liuk tadi.
Dari tangan dingin dan kelincahan kaki mas Roni bersama teman-teman inilah Komunitas Kong Ha Hong mendapatkan prestasi tertinggi membawa Barongsai Juara Dunia tiga kali.
Cukup menarik karena perayaan Imlek di Indonesia hampir diselenggarakan di kota-kota besar di Indonesia. Festival Imlek 2017 di Indonesia sudah menjadi tradisi dan budaya lokal setempat seperti Grebeg Sudiro di Solo dan Semarang.
Tradisi Grebeg biasanya dilakukan pada saat jelang Maulud atau Maulid Nabi dan saat Sekaten di Yogyakarta. Namun ternyata juga dilakukaan bertepatan dengan Perayaan Tahun Baru Imlek dengan memperebutkan kue keranjang.
Tak kalah menariknya lagi, Kota Palembang akan menggelar Festival Imlek Indonesia 2017 dengan berbagai acara budaya. Mulai dari Pawai Budaya, Festival Budaya hingga Festival Kuliner.
Kota yang pernah mendunia karena Even Internasional Gerhana Mata Hari Total ini akan banyak menyedot wisatawan pada tanggal 11-12 Februari 2017 saat penyelenggaraan Festival Imlek Indonesia 2017.
Semoga saya bisa berada di sana di antara ribuan orang lainnya.
*Tulisan Ini disertakan dalam Lomba Blog Festival Imlek Indonesia
ngeri juga liat orang memainkan barongsai, klo keseleo sedikit bisa berakibat fatal…
ya risiko pasti ada sih. Spy tidak berisiko, mrk berlatih dengan disiplin
untuk memainkan barongsai, harus memang betul2 ahlinya karena klo diperhatikan sangat diperlukan yang namanya ketelitian dan keseimbangan..
betul banget
Saya baru sekali nonton yang namanya barongsai
@Dimasi Seimbang, wah kalau saya udah kyk ritual tiap tahun, soalnya anak saya paling suka nonton barongsai.
Sedih sekali
@KangAlee kok sedih sih kang?
Wahhh salut jg mas ronny ya, walaupun tdk merayakan kiong hi tpi dia ikut melestarikan kebudayaan chinesse jg. Luarbiasa. Selamat imlek!
Selamat Imlek juga Wulan. tx
Wow ternyata ada sisi humanis ya dr atrakso barongsai.. inspiratif
@unggul betul bro,,,sisi lain dari tradisi perayaan tahun baru Imlek yg gak banyak diketahui orang
Wow baru tau sayah ada cerita smacam ini ya. Say pikir hanya atraksi hiburan aja. Trims infonya keren.. ada sisi humanis dr barongsai trnyata
Jadi inget, dulu sering liat barongsai pas di PIM, ya gitu ada pilar2nya … Seru tp menegangkan ya 🙂
@Timo mungkin ini salah satu kategori yang dilombakan dalam setiap kejuaraan Barongsai.
Dedikasi roni yang luar biasa, langka banget
Iya uni @Rai mungkin krn udah jatuh cinta sama loncat loncat
Dinamisasi Barongsai itu yabg menjadi daya tarik ; kadang musik nya berasa ada aura magis. Keren bingits laah.
@bunda di Bandung kyknya rada jarang ada barongsai di Mal
Barongsai itu menimbulkan kegembiraan. Kadang juga membuat saya berpikir, berapa lama mereka latihan, kok bisa kompak ….
Mbak @Evi kalau kata mas Roni dia bisa selaras dengan pasangannya sekitar 2 bulan latihan, tp untuk jadi kepala butuh waktu lebih lama.
Tangerang berjaya yaaaa hehehe, dulu di mangga 2 mall, dusit mah tiap hari kalo amu imlek pasti barongsai keliling toko2 minta angpao
Btw barongsai juga dah ngak lagu2 cina yaaa, itu bercampur modern juga menyesuaikan zaman tapi kultur asli nya ngak ketinggalan
@cumi iya cum, di Mangdu komunitas terbesar di Jakarta selain di Tangerang juga
Wah…kereeen Mas Ronny…
Klo saya tidak wawancara pasti tidak tahu mas Roni ini mas 🙂 tx
Good luck mas Ronny.
Thanks Bli
Hebat ya Mas Ronny. Good luck
nuhun kang Aip 🙂