Kalau orang Indonesia belum pernah ke Bali rasanya belum afdhal. Itulah kenapa sejak awal, Bali selalu menjadi tempat wisata impian buat saya dan keluarga.
Hingga akhirnya tahun 2013 saya bisa ke Bali bersama-sama pas libur lebaran. Sungguh pengalaman yang tidak bisa dilupakan oleh kami sekeluarga. Soalnya kami menggunakan dua kendaraan roda empat dari Bandung hingga bisa ke Pulau Dewata.
Bagi saya, itulah kali pertama menginjakkan kaki ke tempat “para Dewa bersemayam”. Namun, bagi keluarga saya (Ayah, Bunda dan adik-adik) merupakan kunjungan kedua kalinya ke Bali.
Tapi karena kami ke Bali saat libur lebaran, jadi nuansa silaturahminya sangat terasa sekali.
Sampai- sampai saya tidak bisa melihat pantai Kuta secara langsung apalagi membeli Pia Legong di tempat aslinya.
Kata ayah saya “Pantai Kuta itu macet, pasti susah untuk bisa ke sana sambil bawa kendaraan!” ehem…
Sungguh beruntung sekali keluarga kami. Jauh-jauh dari Bandung hanya mampir ke Tanah Lot jelang maghrib disaat sunset sedang bagus-bagusnya, kami malah terjebak saat hendak akan masuk tempat parkir.
Walhasil, saat matahari sudah menyisakan berkasnya, saya baru bisa turun, itupun tak sampai ke pura paling bawah karena suasana sudah gelap dan sedang ada sembahyang.
Kecewa? Tentu tidak! Saya malah bahagia karena tidak ada lagi beban karena sudah bersama keluarga menjejakkan kaki di Bali.
Hanya semalam di Bali, itupun kami menumpang makan, tidur dan mandi di rumah guru saya semasa SMP waktu di Bandung dulu. Suasananya benar-benar syari’ ketika ke Bali bersama keluarga.
Kesan yang paling mendalam bukan saat di Bali. Melainkan saat kembali ke Banyuwangi karena kapal ferry yang kami tumpangi pada sore hari, benar-benar diombang-ambing oleh gelombang. Jantung rasanya sudah mau copot. Alhamdulillah kami bisa selamat di seberang.
Kali kedua ke Bali masih sedikit lebih baik. Kali itu saya ikut dalam sebuah rombongan dengan jadwal yang amat ketat sampai-sampai tidak bisa merasakan leyeh-leyeh di pantai Kuta.
Ini aneh memang, sudah dua kali ke Bali masih belum sampai juga ke pantai Kuta.
Kunjungan kedua ini memang menjadikan Bali sebagai tempat transit. Karena tujuan utamanya adalah di Situbondo sehingga rombongan diinapkan di Bali selama dua malam.
Apa yang kami lakukan di Bali?
Sedikit lebih menyenangkan dibandingkan dengan kunjungan pertama. Kami mencoba rafting di Sungai Ayung dan makan di sebuah restoran yang pernah dikunjungi oleh aktris kondang Julia Roberts.
Malamnya kami diajak menikmati GWK saat malam hari. Iya, jadi yang kami pandangi bukan GWKnya melainkan suasana malam yang gelap dan hanya ditemani lampu-lampu kota dari atas ketinggian. Satu lagi pengalaman yang de javu.
Dari dua kali kunjungan bersejarah itu saya benar-benar masih belum merasakan Bali yang sesungguhnya. Nikmatnya hanya sekejap, belum merasakan Bali dari sudut pandang orang lokal.
Jujur saya malah ingin menikmati Bali seperti menikmati Yogyakarta. Menyusuri gang-gang sempit, makan di angkringan dan ngobrol ngalor ngidul dengan siapapun hingga naik bus kota dengan jalur-jalur yang arah pulangnya berbeda saat berangkat.
Saya ingin mengenal Bali seperti itu, layaknya orang lokal yang tersesat karena perubahan arus lalu lintas yang kini semakin disesaki dengan kendaraan roda dua.
Kalau saya dikasih kesempatan untuk kembali lagi, sebetulnya ada 5 tempat wisata impian di Bali yang ingin saya kunjungi dengan cara yang berbeda. Apa saja?
1 . Tentu saja Pantai Kuta
Saya tidak terlalu banyak tahu pantai Kuta seperti apa. Dan saya pun hingga kini tidak pernah mau melihat spoilernya di Google Street.
Kalau itu saya lakukan, rasanya seperti menceritakan film yang sedang tayang kepada orang yang berniat akan menontonnya.
Paling paling saya hanya bisa menikmati beberapa fotonya secara tak utuh dari instagram ataupun cerita orang-orang.
2. Menari bersama Lumba-Lumba di Pantai Lovina
Siapa sih yang tak mau melihat mamalia cerdas ini menari-nari di habitat aslinya?
Iya, sebetulnya kita bisa juga lihat di ujung Kepulauan Seribu, tapi konon itupun tidak mudah. Hanya keberuntungan saja yang bisa menghampiri orang-orang tertentu sehingga bisa melihat lumba-lumba meloncat dengan mata telanjang di lautan.
3. Foto ala Instagramer di Angel Billabong Bali
Pantai yang dikelilingi karang ini memang terlihat tenang, siap yang menyangka jika saat air pasang ternyata ombaknya juga sangat ganas.
Tapi bukan itu sih yang saya cari. Saya cuma ingin duduk di tepi tebing dengan latar Angel Billabong Bali ala-ala Instagramer jaman now.
4. Memacu Adrenalin di Nusa Ceningan
Nusa Ceningan memang bukan tempat yang cocok buat saya yang belum begitu pandai berenang.
Tapi, melihat orang-orang yang terjung dari atas ketinggian, debaran jantungnya kadang berasa juga saat akan terjun.
Siapa tahu setelah saya terjun bisa langsung pandai berenang, ya kalu boleh sih lompat tapi udah disediain life jacket di permukaan.
5. Bersantai di Nusa Lembongan
Nusa Lembongan menjadi salah satu tempat wisata terbaik 2017 di Bali menurut review TripAdvisor.
Jadi, makin penasaran. Apa pantainya sebiru di Sumbawa Barat atau malah sejernih di Raja Ampat?
Lihat lumba-lumba kayaknya asik 🙂
Seru banget pastinya, apalagi klo bisa berenang bareng lumba lumba di habitat aslinya