Menyeberangi Selat Madura Untuk Pertama Kali Bareng Keluarga

Mudik Lebaran yang lalu, saya sengaja mengajak keluarga saya menyeberangi Selat Madura melalui pelabuhan saat berangkat. Setelah itu, pulangnya kami menyeberang melalui Jembatan Suramadu (Surabaya – Madura).

Kebetulan kesempatan tersebut menjadi kesempatan kedua buat saya ke Pulau Madura. Tetapi, inilah kesempatan pertama bagi keluarga saya.

Anak pertama dan istri saya sebelumnya pernah menyeberangi Selat Bali pada saat sore hari dari Gilimanuk ke Ketapang.

Ombaknya cukup besar, sehingga mereka sedikit trauma karena ikut merasakan terombang-ambing saat menyeberang.

monumen jalesveva jayamahe atau monjaya surabaya
Monumen Jalesveva Jayamahe atau Monjaya Surabaya terlihat dari kapal saat menyeberang.

Untunglah kami menyeberangi Selat Madura yang lebih ramah. Setelah membayar tiket sebesar Rp50 ribu (1 mobil dengan 6 orang penumpang), kami harus menunggu sekitar 30 menit.

Saat kami tiba, baru saja Kapal Ferry meninggalkan pelabuhan. Sambil menunggu ferry selanjutnya bersandar, saya sempat membaca koran.

Koran yang sebetulnya tidak saya butuhkan tapi sengaja saya beli dari seorang bapak-bapak difabel di perempatan yang tetap gigih menjadi loper koran di zaman digital.

pedagang asongan di kapal ferry surabaya madura
Pedagang asongan menjajakan dagangannya di kapal

Setelah menunggu cukup lama, barulah kami bisa naik ke kapal. Beruntung mobil kami di urutan pertama.

Tentu saja kami tidak bisa langsung naik, seperti naik sebuah lift di gedung perkantoran, untuk naik kapal ferry harus bergiliran. Kami harus menunggu penumpang dan semua kendaraan turun dari kapal.

Setelah itu barulah kami naik satu persatu. Mobil langsung berbaris rapi sementara motor berada di samping kanan dan samping kiri.

Setelah mengunci mobil, kemudian kami naik ke geladak ferry. Tempatnya sederhana dan cukup penuh saat sore hari.

menyeberang ke pulau madura untuk pemula

Dari dek penumpang inilah saat ferry meninggalkan pelabuhan, saya bisa melihat Monumen Jalesveva Jayamahe.

Sayang, saya lupa mengganti lensa fix dengan lensa bawaan. Akhirnya fotonya terlihat kecil dari kejauhan.

Selain monumen, Port Surabaya juga bisa terlihat dari kapal. Berasa seperti di Singapura hehehe.

pelabuhan tanjung perak surabaya
Muka lapar karena jelang-jelang berbuka

Pengalaman pertama menyeberangi Selat Madura ini menjadi pengalaman yang mengesankan. Karena itulah pertama kalinya kami buka puasa di kapal ferry.

Kami juga tidak sadar kalau jam buka puasa di Surabaya lebih cepat sekitar pukul 17.30. Beda dengan di Jakarta yang buka pukul 17.52 pada saat itu.

Tak jauh dari Pelabuhan Kamal, kami langsung bergegas ke rumah saudara di Perumahan Kamal. Menikmati sajian berbuka puasa di Pulau Madura.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.