Cerita Penjaga Pesisir Pantai Nagari Sungai Pinang

Warga pesisir laut di Jakarta kini harus bergulat dengan ancaman banjir setiap musim angin barat. Para nelayan pun terpaksa harus menurunkan jangkarnya karena takut amukan angin yang bisa membuat pusaran di lautan.

Malahan beberapa kota pelabuhan di negeri ini pun bersiaga dengan ancaman banjir rob. Menurut para peneliti, permukaan air laut semakin naik karena kerusakan alam yang juga karena ulah manusia. Bahkan beberapa daratan, kini sudah tenggelam karena tak bisa menahan laju air laut yang makin tinggi.

Menurut studi, 23 juta warga Indonesia terancam banjir laut di tahun 2050. Kini, ancaman tersebut berada di depan mata kita semua.

***

Nun jauh di Sumatera Barat sana, ada sesosok anak muda seolah sudah bersiap melakukan upaya preventif menghindari bencana yang akan datang di masa depan. Dengan pengetahuan dan kecintaannya terhadap lautan, ia bergerak dan menjalin kerjasama bersama masyarakat nelayan sekitar, membangun kembali kampung halamannya dengan menanam terumbu karang dan bakau di sepanjang pesisir lautan di Nagari Sungai Pinang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Kegiatan David Hidayat Penjaga Pesisir Lautan Sumatra Barat
Upaya konvervasi terumbu karang oleh Andespin (Dok. David Hidayat)

Cerita ini bermula dari sesosok anak muda yang melihat bahwa lingkungannya perlu diselamatkan. Berawal dari hobi menyelam bersama teman-temannya, kegiatan itu akhirnya berkembang menjadi konservasi terumbu karang yang menggandeng teman nelayan.

Adalah tangan dingin David Hidayat, penerima anugerah Satu Indonesia Awards 2022 di Bidang Lingkungan yang berhasil mengangkat kampung halamannya menjadi lebih mandiri.

Pria yang sudah mengalami tujuh kali pergantian kepemimpinan presiden di negeri ini, berhasil mengembalikan tujuh puluh persen wilayah target konservasi kembali hijau mengembalikan habitat asli flora dan fauna di pesisir pantai, khususnya dalam upaya memerangi abrasi dan kerusakan lingkungan di Pesisir Selatan.

David Hidayat, Penjaga Lautan di Pesisir Selatan, Sumatera Barat. (Dok. David Hidayat)

Terumbu karang yang sudah ditanam hampir seluas empat kali lapangan sepak bola. Hal itu sudah dilakukan sejak 2009, namun lebih inten dikerjakan bersama komunitas ANDESPIN Dee West Sumatera medio 2014 hingga 2019. Komunitas inilah yang menjadi lokomotif perubahan di wilayah Nagari Sungai Pinang yang didirikan oleh David Hidayat dan teman-temannya.

Ayah David adalah seorang nelayan, sehingga David sadar bahwa ekosistem yang rusak perlu dibangun kembali agar memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama mereka yang mayoritas bekerja sebagai nelayan.

Setelah hampir satu dasawarsa, hasil dan jerih keringat David dan kawan-kawannya membuahkan hasil. Meski harus menunggu pertumbuhan terumbu karang yang amat lambat, kini masyarakat mulai terbuka matanya setelah melihat upaya yang dilakukan oleh David dan komunitasnya. Semua hasil tersebut bukan sulap dalam semalam bak Bandung Bondowoso yang membangun candi untuk Roro Jongrang.

Para nelayan sekitar pun lambat laun terbuka matanya berkat usaha David dan teman-temannya. Para nelayan kini malah takut menggunakan alat-alat tangkap ikan yang berpotensi merusak terumbu karang. Pasalnya pertumbungan terumbu karang hanya bertumbuh antara satu sampai dengan dua sentimeter saja per tahun.

Kegiatan David Hidayat Penjaga Pesisir Lautan Sumatra Barat
David dan komunitasnya melakukan perawatan terumbu karang sebulan sekali (Dok. David Hidayat)

Kini, pada saat cuaca kurang bersahabat, para istri nelayan tetap bisa mendapatkan penghasilan dengan menangkap kepiting di hutan bakau. Apalagi hutan bakau adalah benteng yang paling efektif menjaga daratan dari banjir rob dan abrasi pesisir pantai. Bahkan hutan bakau yang sudah tumbuh berkembang, kini menjadi salah satu ekowisata yang potensial untuk dikembangkan.

Hampir setiap pekan pemuda komunitas Andespin membawa pengunjung dari berbagai latar belakang. Termasuk diantaranya para peneliti, mahasiswa serta pelajar. Mereka datang untuk berwisata sekaligus belajar dari para penjaga lautan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

David berharap bisa terus mengembangkan kampung halamannya dan menggali potensi lain yang bisa dikembangkan serta mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas. Sumber penghasilan para nelayan bukan hanya dari hasil tangkapan saja, melainkan dari hasil budidaya rumput laut, kopi mangrove hingga batik khas pesisir laut.

Namun, hal tersebut bukan tanpa kendala. Lantaran budidaya rumput lautnya kurang berkembang karena kerap kali dimakan penyu yang juga termasuk dalam program konservasinya. Di sisi lain, ibu-ibu yang didorong untuk mandiri rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga konsistensi dalam membatikpun perlu diberikan dorongan.

Reboisasi pesisir laut dengan hutan mangrove. (Dok. David Hidayat)

Sejak awal, David bergerak lewat komunitas Anak Desa Sungai Pinang (Andespin) Dee Sumatera Barat, yang digagasnya sejak tahun 2008/2009. Saat itu David masih berada di bangku kuliah jurusan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan di Universitas Bung Hatta, Padang.

Padahal David punya potensi untuk melamar pekerjaan di kantor, mengenakan kemeja putih dengan sepatu pantofelnya tanpa harus becek-bercekan di tahan yang berlumut. Terlebih dia sudah pernah bekerja di kantor pemerintahan melakukan magang.

Namun, hatinya tetap berontak. Kecintaan terhadap lautan mengalahkan posisi nyamannya di kantor pemerintahan. Ia akhirnya meninggalkan posisi yang diidamkan banyak orang sebagai pegawai kantoran.

David seperti wujud nyata Jake Sully dalam Avatar 2 yang percaya bahwa kehidupan alam harus dijaga seutuhnya. Ia menjadi pemimpin klan Na’vi sekaligus ayah empat orang anak. Anak muda yang sudah berkeluarga ini bahkan rela mengabdikan hidupnya untuk memulihkan alam yang tengah sakit. David tidak mengharapkan bayaran, meski ia sadar bahwa ia punya tanggungan.

Kini, apa yang sudah dilakukan oleh David dan komunitas nelayannya seperti menghidupkan kembali keindahan dunia Pandora bawah laut Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Terumbu karang yang sudah ditanamnya sudah puluhan ribu dan menjadi objek wisatawan terutama bagi para penyelam. David berharap Pesisir Selatan punya taman laut sekelas Wakatobi dan Raja Ampat.

Bibit mangrove yang ditanamnya membentang di sepanjang pantai Majunto dan Pantai Erong, Pesisir Selatan. Bahkan Pantai Majunto kini menjadi salah satu ‘hidden gem’ yang dicari oleh traveler milenial. Airnya tenang dan tidak terlalu banyak karang.

Menurut Andy Noya, masa depan Indonesia itu ada di desa. Banyak Desa yang memerlukan sosok-sosok seperti David Hidayat yang kembali ke kampungnya, menjadi lebih bermakna bagi masyarakat serta lingkungannya. Kini masa depan itu sudah nampak di Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.