Apa Jadinya Jika Tidak Ada Lagi Tukang Pijet Tradisional?

image

Wah rasanya kita pasti bakal kesulitan yah mencari tukang pijet langganan gara-gara ada salon massage ala Thailand. Sebetulnya keberadaan salon massage Thailand bisa jadi ancaman tapi bisa jadi juga menjadi sebuah peluang. Yang namanya persaingan sudah pasti ada di setiap lini. Tinggal kitanya aja yang mempersiapkan diri, entah itu mengupgrade diri atau melakukan terobosan-terobosan kreatif.

Banyak hal yang  bisa diunggulkan dari salon lokal atau pun pijat tradisional. Bahkan ada beberapa blogger yang berprofesi sebagai tukang pijet di negeri Arab sana. Pijatan orang Jawa malah lebih makjoss buat orang Arab sekalipun. Nah, tinggal kitanya aja melakukan diversifikasi dengan salon massage ala Thailand.

Untuk urusan pijat memijat akar masternya bisa jadi dari Indonesia. Saya pernah dipijat khusus untuk melancarkan peredaran darah, waktu kecil pernah juga di urut kesehatan bayi dan balita, nah sekarang paling dipijat untuk menghilangkan atau meredakan penyakit. Yang paling sering adalah masuk angin. Yang paling parah sakitnya adalah pijat aquapressure. Yah seperti di totok sama ratusan lebah.

Dari penjabaran diatas sudah ketahuan bahwa salon lokal atau tukang pijat tradisional sekalipun sudah pasti dapat bersaing asal harus fokus pada salah satu keahlian saja. Bahkan di beberapa tempat pijat, spesialisasi urut menyambung dan memperbaiki tulang patah sudah menjadi primadona alternatif, jika pasien tidak ingin diselesaikan di meja operasi. Jadi, sebenarnya khasanah pijat memijat di Indonesia lebih kaya dan beragam. Jadi apa yang perlu di khawatirkan?

Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi persaingan? Tentu saja belajar lebih baik lagi. Dari satu keahlian jika digali lebih dalam lagi justru akan semakin menemukan banyak berlian penngetahuan warisan leluhur nenek moyang. Ketahanan SDM sangat diperlukan agar mampu bersaing dengan ahki dari Thailand dan negara-negara ASEAN lainnya.

Terus terang saya belum tahu bagaimana rasanya di massage ala Thai. Tapi, identitas Thailand sebagai negara dengan jumlah waria cukup banyak tentunya akan sedikit memengaruhi para calon konsumen. Banyak informasi yang bisa didapatkan bahwa di Thailand terjadi perubahan jenis kelamin dengan mudah.

Walhasil pria banyak yang berubah menjadi wanita cantik di Thaliland. Tak perlu kaget juga jika kecantikannya melebihi wanita sesungguhnya. Isu sensitif seperti ini bisa saja memengaruhi cukup besar pada konsumen Indonesia. Bisa jadi orang kita berpikir dua kali untuk masuk salon massage ala Thailand. Jangan-jangan malah dilayani wanita transgender lagi hehehe.

Salam Hangat
Diskusi bareng saya di twitter @DzulfikarAlala

Satu pemikiran pada “Apa Jadinya Jika Tidak Ada Lagi Tukang Pijet Tradisional?”

  1. Wah mungkin saya yang paling di rugikan kalau tidak ada lagi tukang pijat , karna bada saya sering pegel-pegel.Apakah ada aplikasi yang bisa di ciptakan untuk membantu tukang pijat ini agar lebih mudah datang ke rumah ?

    Balas

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.