Tema terakhir #10daysforASEAN rasanya perlu saya cantumkan disini. “Menurut teman-teman blogger mengapa Jakarta bisa terpilih sebagai Diplomatic City of ASEAN? Apa dampak positif dan negatifnya bagi Indonesia khususnya Jakarta? Kesiapan apa saja yang perlu dilakukan oleh Jakarta sebagai tuan rumah dari Perhimpunan Bangsa-bangsa ASEAN?”
Enjoy Jakarta
Dengan segala kompleksitasnya, ternyata Jakarta memiliki pesona bukan hanya bagi rakyat Indonesia tapi juga di mata anggota ASEAN. Kini Jakarta ditunjuk sebagai ibukota negara ASEAN. Alasannya cukup sederhana. Seperti yang sudah disebutkan oleh beberapa peserta 10daysforASEAN bahwa Jakarta adalah tempat sekretariat ASEAN. Selain itu Jakarta (Indonesia) merupakan salah satu negara ASEAN satu-satunya yang tergabung dalam negara G20. Hal tersebut sudah merupakan poin lebih mengapa Jakarta dipilih sebagai Diplomatic City of ASEAN.
Bagaimanapun Jakarta memiliki historical note yang sangat panjang dan penting. Tokoh-tokoh Nasional kaliber dunia berpusat di Jakarta. Sebutlah Soekarno, Gus Dur dan yang menjadi media darling saat ini, Jokowi, beritanya sampai ke negeri tetangga. Tokoh-tokoh tersebut dianggap mampu melakukan perubahan dan dapat dijadikan sosok panutan. Diharapkan hal tersebut dapat membawa dampak perubahan kepada negara ASEAN lagi untuk lebih bersatu dan bersinergi dalam rangka menyambut kerjasama komunitas negara ASEAN.
Jakarta adalah pintu gerbang Indonesia. Indonesia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia setelah China. Disinilah peran penting Jakarta dipilih sebagai Diplomatic City of ASEAN. Jakarta diharapkan bisa menjadi sentral dari kekuatan Ekonomi ASEAN di kancah internasional.
Jakarta telah menjadi megapolitan dimana bukan hanya penduduk lokal saja yang tinggal di Jakarta. Penduduk Jakarta terdiri dari beragam suku bangsa. Mulai dari rakyat Indonesia hingga warga negara asing dari beberapa negara ASEAN dan dari belahan benua lainnya. Disinilah tercermin sebuah miniatur ASEAN yang sesungguhnya. Dengan sebuah pemerintahan yang solid dan tegas, Jakarta dapat membangun mimpi-mimpinya untuk menjadi ikon ASEAN di mata dunia.
Dampak Positif
Tentu saja pamor Jakarta akan menjadi lebih meningkat setelah menjadi Diplomatic City of ASEAN. Bagi penduduk ASEAN yang belum mengenal Jakarta sebagai Ibukota Indonesia, hal ini adalah sebuah keuntungan bagi Indonesia. Nama Jakarta akan dicatat dalam sejarah persatuan komunitas ASEAN sehingga menjadi bukti bagi anak cucu negara-negara ASEAN masa mendatang nanti. Inilah bukti sejarah yang lebih modern sama halnya seperti Angkor Wat di Kamboja dan Borobudur di Indonesia yang memiliki banyak kemiripan sehingga disimpulkan bahwa kedua negara tersebut serumpun. Bukti-bukti sejarah tersebut tidak bisa dinafikan bahwa negara kita sudah sejak lama bekerja sama dengan negara-negara tetangga sejak lama ratusan tahun yang lalu.
Dari segi Ekonomi, Jakarta akan mendapatkan keuntungan karena akan semakin banyak warga negara asing yang menjadikan Jakarta sebagai destinasi wisata sebagai Diplomatic City of ASEAN. Belum sah rasanya jika belum mampir ke Jakarta jika mengaku sebagai anggota negara ASEAN. Promosi Jakarta sekaligus meningkatkan dan mengukuhkan dua pilar utama yaitu Pilar Ekonomi dan Pilar Sosial dan Kebudayaan. Disinilah tempat berkumpul para businessman dari berbagai negara. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Jakarta adalah miniatur negara ASEAN yang sesungguhnya. Karena banyak warga asing yang tinggal di Jakarta untuk mencari nafkah dan sekedar untuk berwisata.
Dampak Negatif
Hal yang perlu diantisipasi agar dampak negatif ini tidak semakin meluas adalah citra Jakarta sebagai Diplomatic City of ASEAN akan semakin bergema di kancah internasional. Baik buruknya Jakarta setidaknya akan berpengaruh besar terhadap citra ASEAN di mata dunia. Dampak lain adalah warga negara asing akan semakin mengenal kompleksitas Jakarta yang sesungguhnya. Kemacetan, kemiskinan, korupsi, kolusi, pertikaian kelompok, kesenjangan sosial yang semakin jomplang bahkan toleransi antar ummat beragama yang terus-menerus di provokasi oleh orang-orang tidak bertanggung jawab.
Permasalahan-permasalahan Jakarta bagi warga Jakarta dan dampaknya terhadap pariwisata sebetulnya tidak terlalu signifikan. Mengutip kata-kata Gumilar Ekalaya dari Dinas Pariwisata Jakarta saat bersua di kantor Vivanews Pulo Gadung mengatakan bahwa tidak ada efek yang signifikan terhadap pariwisata Jakarta ketika ada teror bom seklipun. Berbeda dengan Bali yang langsung merosot ketika ada teror bom. Harapannya tentu saja semoga Jakarta tetap aman dan damai. Artinya, Jakarta sudah menjadi kota yang super modern dan tidak terganggu dengan hal-hal yang sifatnya provokatif. Karena biasanya hal tersebut sudah diketahui tujuan utamanya yaitu merusak keharmonisan dan kekondusifan lingkungan di Jakarta.
Upaya Preventif
Meskipun Gubernur Jakarta sudah mengatakan akan melakukan segala upaya agar Jakarta menjadi Diplomatic City of ASEAN dengan pelayanan terbaik namun tentu saja masih didukung oleh segenap warga masyarakat. Hal-hal yang terjadi di Jakarta dan permasalahannya dapat diselesaikan jika terjadi sinergi antara pemerintah dan rakyat. Pemerintah mengatur dengan tujuan dan alasan yang jelas, rakyat manut dan nurut dengan kompensasi yang adil. Seperti halnya sebagai contoh relokasi PKL di Tanah Abang. Hal tersebut menunjukkan terjadi sinergi antara pemerintah dan rakyat. Sama-sama mencoba memahami masing-masing sehingga tercapai win-win solution. Model komunikasi Jokowi dan PKL akan menjadi contoh sederhana dalam perkembangan diskusi-diskusi dengan negera-negara ASEAN nantinya.
Kesiapan fisik Jakarta tidak lebih penting dibandingkan kesiapan mental warganya. Inilah pekerjaan rumah utama jurnalis warga dan kaum muda untuk mensosialisasikan betapa pentinganya bersikap sopan dan ramah sebagai tuan rumah. Jakarta akan menjadi indikator keberhasilan negara ASEAN dimata dunia. Maka warga pun harus menyadari dan mulai bebenah diri agar bisa memberikan citra yang baik di mata masyarakat.
Tidak lupa pula bahwa tiga pilar penting komunitas ASEAN memiliki esnsi yaitu menyatukan kekuatan bersama sehingga tercapai mimpi yang lebih baik di kancah persaingan global. ASEAN harus bersatu padu dan bersinergi. Sudah saatnya melakukan rekonsiliasi dan melupakan masa lalu sebagai pelajaran sejarah. Semua anggota harus proaktif menyelesaikan masalahnya masing-masing sehingga tidak menganggu keharmonisan antara negara dan bangsa.
Sebagai Ibukota negara ASEAN, Jakarta dalam hal ini Indonesia memiliki peranan penting sebagai pemimpin bagi negara lainnya. Maka Jakarta harus menjadi role model yang baik agar negara-negara ASEAN tidak merasa malu memiliki ikon ASEAN yang membanggakan di mata dunia.
Peran Kaum Muda
Bagaimanapun peran kaum muda tidak bisa dipisahkan dari upaya mewujudkan tiga pilar persatuan komunitas ASEAN. Kaum muda adalah kaum pembaharu penerus generasi lama. Jika kaum muda tidak disiapkan untuk menghadapi perubahan maka kedepan tugas bangsa akan semakin sulit. Jika kaum muda sudah bersatu, maka diktator sekalipun dapat di turunkan dengan kekuatan kaum muda.
Disinilah posisi kaum muda sebagai pelanjut lidah kepada masyarakat umum dalam mensosialisasikan persatuan dan kesatuan komunitas ASEAN supaya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan cara bekerja sama. Kaum muda sudah saatnya berhenti berperang di dunia maya. Jika generasi lama tidak dapat melakukan rekonsiliasi dengan negara lain harapan terbesar terletak di tangan kaum mudanya. Jika anak-anak kita dipersiapkan untuk dapat menerima dan terbuka terhadap perubahan dan perbedaan suku bangsa, kedepan harapan dan masa depan komunitas ASEAN akan semakin cerah dan membanggakan.
Maka sudah saatnya komunitas ASEAN merangkul dan memberdayakan kaum muda dalam kegiatan-kegiatan ASEAN. Sekolah-sekolah perlu di support kembali untuk meningkatkan hubungan antar bangsa komunitas ASEAN. Membentuk sister school adalah salah satu langkah dasar bagaimana mengenalkan satu sama lain yang berbeda suku bangsa.
Dengan demikian tugas untuk mewujudkan mimpi kehidupan yang lebih baik akan terasa mudah dengan hadirnya kaum muda sebagai generasi perubahan. Yes, we can make it!
Salam Hangat
@DzulfikarAlala