Tertarik dengan percobaan mas Harja Saputra yang membandingkan konsumsi bahan bakar berkualitas dengan bahan bakar sekelas, memiliki oktan yang sama yakni 95. Bedanya mas Harja melakukan uji coba konsumsi bahan bakar dengan menggunakan mobil Daihatsu Xenia 1000 cc sedangkan saya menggunakan motor Suzuki Shogun 125 cc keluaran tahun 2009 awal. Tentunya mudah-mudahan komparasi ini bisa semakin memperkaya para pembaca dengan uji coba yang saya lakukan secara manual ala blogger.
Uji coba ini saya lakukan dengan sistem full tank to full tank. Artinya pengukuran murni menggunakan sistem manual dengan cara memenuhi tangki bahan bakar di awal pengujian, hingga menghitung konsumsi bahan bakar dengan menggunakan cara yang sama. Pada pengisian akhir akan dicatat konsumsi bahan bakar yang terpakai dari struk pengisian bahan bakar yang ada.
Saya telah mendapatkan hasil pengujian sebelumnya dengan menggunakan bahan bakar Shell VPower setelah dilakukan dua kali uji coba. Hasil pengujian pertama menunjukkan rasio 1:34 (1 liter untuk 34 kilometer) sedangkan hasil pengujian kedua mendapatkan hasil lumayan hingga 1:36,99 (1 liter untuk 37 kilometer) dengan ditumpangi dua orang dengan bobot sekitar 120 kg. Berat motor sekitar 106 kg. Jadi total sekitar 226 kg.
Ahad pagi yang cerah sengaja saya mengisi bahan bakar Pertamax Plus di SPBU terdekat. Sayangnya karena hari libur motor hanya ditunggangi satu orang dengan bobot sekitar 55 kg. Ditambah bobot motor sekitar 106 kg hingga total bobot adalah 161 kg. Trek yang dilalui mulai dari Pamulang menuju BSD, kemudian dilanjutkan hingga ke Fatmawati tempat berlangsungnya acara Get Urbanized di Kopi Oey ITC Fatmawati. Dari Fatmawati kemudian pulang melewati jalur Cirendeu dan Pondok Cabe hingga masuk garasi ke Pamulang kembali.
Masih ada sisa bahan bakar seperempat tangki lagi akhirnya bisa bertahan hingga tiga hari dan mengisi bahan bakar kembali di SPBU yang sama.
Kapasitas tangki bahan bakar adalah 4,3 liter. Namun, saya tidak menghabiskan seluruh isi bahan bakar atau mengosongkannya, karena menggunakan perlakuan yang sama seperti pengujian sebelumnya. Cukup disisakan sekitar 1 liter. Bahan bakar sebelumnya yang digunakan adalah pertamax. Di petunjuk bahan bakar biasanya sudah menunjuk pada huruf E, artinya bahan bakar sudah Empty. Meskipun demikian faktanya memang ada bahan bakar cadangan. Kondisi jarum petunjuk bahan bakar memang tidak sama dengan kondisi nyata didalam tangki bahan bakar.
Dari pengisian pertama tercatat sebanyak 3.30 liter bahan bakar yang masuk. Artinya memang ada sisa bahan bakar sebelumnya sekitar 1 liter. Namun karena memiliki oktan yang tidak jauh berbeda yakni pertamax sehingga tidak akan banyak mempengaruhi performa mesin. Kecuali jika menggunakan oktan yang lebih rendah lagi.
Odometer pun di jepret berhenti pada angka 49459,9 di awal pengisian. Inilah yang nanti dijadikan pedoman seberapa jauh motor berjalan. Motor dipacu dalam kondisi yang konstan, kecepatan dijaga tidak lebih dari 60 km/jam sehingga dihasilkan efisiensi konsumsi bahan bakar. Kondis ban masih sangat layak sehingga tidak menahan alur motor baik dalam kondisi jalan kering maupun ketika hujan saat melewati jalanan yang tergenang.
Setelah hari ketiga akhirnya bisa mencapai jarum jam yang menunjukkan pada huruf E pada tangki bahan bakar. Artinya sudah saatnya mengetahui berapa konsumsi bahan bakar yang dihabiskan. Memang percobaan kali ini sedikit agak bias karena dari tiga hari yang ada selama satu hari hanya digunakan oleh satu pengendara. Sedangkan dua hari lainnya berboncengan. Padahal pada saat pengujuan dengan menggunakan Vpower full selalu digunakan dengan cara berboncengan karena memang motor digunakan harian untuk pulang pergi dari rumah ke kantor dan sebaliknya.
Okelah, saatnya kita menghitung. Perhitungannya tinggal mengurangi nilai odometer akhir dengan nilai odometer awal yaitu 607,9-459,9 = 148 kilometer. Kemudian hasilnya tinggal di bagi dengan konsumsi bahan bakar yang telah digunakan pada pengujuan, 148 : 3,63 liter = 44.04. Rasionya berarti kurang lebih 1:44. Memang sudah diduga sebelumnya akan terjadi perbedaan mencolok karena pada hari pertama pengujian dilakukan tanpa berboncengan sedangkan saat pengujian menggunakan vpower sepenuhnya berboncegan. Ada perbedaan 7 kilometer antara Vpower dengan Pertamax Plus. Disamping itu motor dengan sistem karburator dirasa belum begitu maksimal untuk menguji bahan bakar dengan nilai oktan 95. Namun demikian perbedaan dari segi tenaga cukup banyak dapat dirasakan dari keduanya.
Hanya saja ada kelebihan dari bahan bakar Vpower yaitu tarikannya masih lebih ringan dibandingkan bahan bakar sejenis dengan kelas yang sama. Selain itu Vpower juga didesain untuk dapat membersihkan mesin dari kerak motor yang menumpuk meskipun sebelumnya motor tersebut menggunakan bahan bakar dengan oktan 88. Terkadang memang ada juga yang memaksakan mencampur bahan bakar oktan 88 dengan kapur barus untuk mendapatkan performa dan efisiensi seperti bahan bakar dengan oktan 95. Kenyataannya memang tidak bisa mencapai sesempurna produk diatasnya.
Dari percobaan diatas tentu diperlukan untuk pengujian ulang seperti yang saya lakukan pada shell V-power. Setidaknya sudah ada gambaran bahwa meskipun perbedaannya ada namun hal tersebut karena perencaanaan yang kurang matang karena tidak mengantisipasi hari libur dan perjalanan ke Jakarta.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal ada baiknya bahan bakar dengan nilai oktan 95 digunakan pada kendaraan yang sudah menggunakan sistem injeksi. Dengan demikian tarikan dan efisiensi bahan bakar bisa lebih jelas dirasakan perbedaannya. Dengan teknologi karburator memang agak sedikit jadul namun justru bahan bakar beroktan tinggi cukup menolong kinerja mesin untuk meningkatkan performa daya dorong sehingga tenaga yang dihasilkan lebih bertenaga seperti yang dirasakan ketika menggunakan Shell Vpower.
Salam hangat
@DzulfikarAlala