Laos, sebagai negara yang tidak memiliki kawasan laut merupakan negara yang kaya akan sumber pertanian dan pariwisata. Laos memiliki potensi perekonomian di kedua bidang tersebut. Dari segi pariwisata boleh dibilang kawasan Laos masih virgin. Kawasan Laos ibarat suku Baduy di Banten, selain memiliki pesona mistis, Laos pun memiliki tradisi dan budaya yang kuat.
Sebagian besar rakyatnya memeluk Agama Budha. Jadi tidak berbeda jauh dengan Thailand dan Kamboja. Dengan jumlah penduduk lebih dari enam juta jiwa, Laos memiliki potensi besar menjadi destinasi wisata di kawasan ASEAN. Suku Pao di Laos masih menjunjung tinggi nilai adat dan istiadat seperti suku Baduy di Banten.
Laos merupakan anggota ASEAN yang baru membuka dirinya pada anggota komunitas ASEAN pada tahun 2004, meskipun sudah menjadi anggota ASEAN sejak tahun 1997. Hal ini bisa dikatakan belum terlambat. Masih ada waktu untuk lebih intensif menjalin kerjasama dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Dalam bidang pertanian, Laos bisa bekerjasama dengan Thailand yang berswasembada beras. Selain itu Laos juga bisa mengembangkan Kopi unggulan dengan menjalin kerjasama dengan Indonesia dan Vietnam.
Dari sisi pariwisata, Laos bisa belajar pada Singapura dan Malaysia sebagai destinasi utama di kawasan ASIA. Dengan berbagai karakter dan kemiripan negara, Laos dapat bekerja sama dengan Thailand, Kamboja dan Myanmar.
Kawasan yang merupakan situs dunia di Laos adalah Lubang Prabang dengan Kuang Si Waterfall-nya yang mendunia. Menurut UNESCO kawasan ini merupakan salah satu situs peninggalan dunia yang harus dijaga kelestariannya seperti halnya Pulau Komodo dan Borobudur di Indonesia.
Yang paling mudah untuk dijajaki lebih awal adalah potensi wisata. Menurut bapak Gumilar Ekalaya dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta, pemasukan pajak terbesar DKI Jakarta setelah Kendaraan bermotor adalah wisata. Ternyata wisata Jakarta menyumbang porsi cukup besar terhadap pembangunan. Artinya Laos pun dapat mengelola berbagai lokasi wisata dan menggelar festival budaya setiap tahunnya agar dapat menyedot para wisatawan asing.
Dari peta persaingan sepak bola, Laos masih cukup tertinggal dari beberapa negara ASEAN lainnya. Saat bertanding melawan negara-negara ASEAN, Laos terlihat memiliki kelas yang berbeda. Secara sederhana hal tersebut menunjukkan bahwa Laos masih muda diantara negara ASEAN lainnya. Jadi, ada baiknya Laos lebih proaktif untuk melakukan kerjasama dan berinisiatif jemput bola untuk menjalin kerjasama agar dapat mengundang para investor dari kawasan ASEAN.
Keindahan alam Laos tidak jauh berbeda dengan negara ASEAN lainnya. Namun, yang berbeda adalah kawasan tersebut belum banyak tersentuh perkembangan modern. Hal tersebut justru menjadi keunikan tersendiri. Jika di kelola dengan baik, Laos dipastikan akan menjadi destinasi pariwisata utama tradisional seperti kawasan Baduy di Banten.
Salam Hangat
@DzulfikarAlala