Merasakan Kelembutan Wagyu Steakhotel by Holycow

 

Wagyu Steakhotel by Holycow pertama kali saya rasakan ketika istri saya berulang tahun, dua tahun yang lalu di TKP  Radio Dalam. Kali itu istri saya mendapatkan steakhotel by Holycow secara free. Jadi saya hanya perlu membayar satu porsi untuk mendapatkan dua porsi steak hotel. Sejak itu saya tidak bisa melupakan kelembutan wagyu steak by Holycow.

 

Harganya memang affordable. Namun bagi kantong guru memang agak berat jika harus mengajak satu keluarga. Makanya saya datang ketika istri saya berulang tahun. Salah satu cara bela-belain untuk merasakan kelembutan wagyu steak.

Nah, siang tadi (1/12) akhirnya saya berkesempatan untuk merasakan kembali wagyu steak by Holycow. Pengelola Kompasiana memberikan kesempatan bagi saya untuk datang ke acara yang digagas bersama Urbanesia bertajuk Geturbanized.

Hari itu merupakan sejarah kedua yang saya catat karena pertama kalinya blogger Kompasiana bersama-sama menikmati steakhotel by Holycow bersama member Urbanesia. Biasanya acara geturbanized dipisahkan antara blogger Kompasiana dan member urbanesia. Terobosan ini tentu saja menarik, karena bisa menambah teman saat kopi darat. Tidak melulu bertemu orang yang itu-itu saja.

Sejarah pertama tentu saja karena saya tercatat sebagai peserta gelombang pertama dalam acara yang sama di Nuria’s Deli, Tebet. Saat itulah pertemuan saya yang pertama kalinya dengan kang Harris Maulana, Choirul Huda, Erri Subakti dan blogger Kompasiana lainnya.

 

TKP atau Tempat Karnivora Pesta yang saya kunjungi siang itu adalah outlet di Kemang Raya. Tentu saja saya merasakan aura yang berbeda dengan outlet yang di Radio Dalam. Bangunannya cukup mencolok diantara bangunan disampingnya. Canopy berwarna merah diselingi warna putih menghiasi outlet Kemang Raya. Steakhotel by Holycow tertera dengan elegan didepannya.

 

Ketika masuk saya sudah melihat para koki yang menyiapkan steak, kentang goreng dan saus mushroom steakhotel yang tersohor. Yap, pengunjung akan disambut dengan isi dapur Holycow. Mereka tertutup oleh kaca-kaca tebal yang berembun. Mungkin karena suasana dapur cukup panas.

 

Setelah mengisi daftar hadir kemudian saya melihat-lihat beberapa ornamen, foto dan plakat yang terpampang di dinding outlet. Salah satunya plakat dari Indonesia Mengajar yang dibubuhi tanda tangan Anies Baswedan. Selain kata-kata mutiara positif, juga ada beberapa foto kegiatan di outlet Holycow. Sangat eye catching dan membuat penasaran untuk bergegas ke lantai berikutnya.

 

 

Saat melewati lorong tersebut saya melihat ada mini bar yang menyediakan berbagai minumam dingin. Mulai dari lemon tea hingga ice coffee. Hmmm sungguh membuat tenggorokan berkeringat. Sudah tak sabar dibasuh dengan segarnya minuman tersebut.

 

Syukurlah ketika saya datang sudah ada mas Ahmed disana. Dia tidak sendiri, dia bersama member urbanesia dan beberapa admin urbanesia. Suasana ruangan yang temaram membuat aura ruangan lebih romantis. Disisi luar ternyata lebih terang sehingga pengunjung bisa bebas memilih ruangan yang terang atau yang temaram.

Setelah itu saya duduk disamping mas Ahmed. Kebetulan ada colokan dibelakang saya. Ahamdulillah, jadi bisa selamat karena hape sudah setengah modyar.

Kemudian ada seorang pelayan yang dengan baik hati menawarkan menu. Saya boleh memilih minuman terlebih dahulu. Saya langsung saja memesan ice lemon tea. Sepertinya cocok di siang hari yang cukup panas.

 

Tak lama satu persatu para peserta dari Kompasiana dan Urbanesia datang. Semua membaur menjadi satu dan bercengkrama satu sama lain. Sambil ngobrol kami diinformasikan bahwa setiap pengunjung bisa mention @holycow_radal untuk mendapatkan free red velvet cupcake dan @tipcojuice untuk mendapatkan free minuman sehat nan segar.

 

Setelah itu acara pun dimulai dengan pengantar dari si cantik jelita mbak Selina, founder Urbanesia. Salut banget buat mbak cantik ini yang selalu hadir di setiap acara GetUrbanized bersama Kompasiana. Mbak Selina sudah didampingi mbak Wynda, founder Holycow Steak.

Setelah beberapa patah kata, kemudian mbak Wynda menerangkan konsep Steakhotel by Holycow. TKP pertama adalah outlet di Radio Dalam. TKP ini sudah berdiri sejak tahun 2010. Sedangkan TKP Kemang baru berdiri pada tanggal 15 September 2012. Artinya baru beberapa bulan saja. Dan dalam beberapa pekan kedepan akan dibuka outlet baru di Sabang.

 

 

“Good things come to people who do good” kata-kata ini bukan sekedar pajangan di outlet Kemang. Wynda sang pemilik benar-benar melakukan yang terbaik untuk lingkungan. Salah satu langkahnya adalah outlet di Radio Dalam yang menggunakan banyak sekali used material. Kontainer sebesar gajah dipasang sebagai bangunan untuk outlet Radio Dalam. Wynda merasa perlu melestarikan lingkungan karena sudah mendapatkan banyak sekali nikmat. Maka sudah sepantasnyalah semua orang melakukan hal tersebut sebagai ekspresi rasa syukur.

Selain banyak menggunakan used material, uniknya outlet Radio Dalam menggunakan solar panel sebagai sumber tenaga listrik. Namun hanya sekitar 50% saja , rencananya outlet baru di Sabang akan menggunakan full Solar Panel sebagai sumber listriknya. Hal ini dilakukan selain untuk melestarikan energi alternatif juga dapat menekan biaya operasional. Menarik bukan? Berbisnis sambil mendukung gerakan go green. Energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan.

Langkah tersebut adalah bukti nyata Wynda memberikan yang terbaik untuk lingkungannya. Maka tidak diragukan lagi bahwa Holycow pun akan memberikan kualitas pelayanan dan steakhotel terbaik di masing-masing outletnya untuk para Carnivores.

Wynda menjamin bahwa steak hotel diproses dengan cara yang halal sesuai syariah. Meski daging wagyunya didatangkan dari Australia, Wynda menjamin bahwa proses pemotongan sapi pun sudah mendapatkan sertifikasi halal. Artinya umat Muslim tidak perlu khawatir tentang kehalalan wagyu steak hotel by Holycow.

Bahkan dalam waktu dekat ini Wynda akan ke Australia untuk meningkatkan kerjasama dengan pemasok wagyu. Hal ini tentu saja dilakukan untuk menjaga hubungan bisnis yang harmonis ditengah gonjang ganjing harga daging sapi di dalam negeri yang melambung tinggi dan langka dipasaran.

Apa yang dilakukan Wynda menunjukkan keseriusannya dalam berbisnis dan memberikan yang terbaik bagi para pelanggannya. Wynda pun bertutur bahwa hanya sedikit sekali margin keuntungan yang diambil dari bisnis Holycow ini. Selain untuk menjaga kesinambungan usaha, Wynda juga berharap usahanya berkah bagi semua orang.

Sambil mendengarkan cerita dari founder Holycow, satu persatu pesanan pun datang. Saya kebetulan memesan wagyu tenderloin dengan mash potatto dengan saus barbeque. Karena pesanan saya belum datang saya bertanya tentang berbagi hal. Mulai dari konsep ruangan dengan warna merah hingga isu perpisahan dengan rekan usahanya yang lain.

 

Warna merah dipilih karena bisa meningkatkan selera makan. Mungkin sama seperti merah cabai. Sedangkan isu perpisahan ditanggapi dengan elegan oleh Wynda. Dia menuturkan tidak ada masalah sama sekali dan berpisah secara damai. Masing-masing melanjutkan usahanya dengan konsep usaha sendiri. Dan kini Wynda menjalankan Steakhotel by Holycow di tiga cabang, Radio Dalam, Kemang dan yang baru akan dibuka di cabang Sabang.

 

Akhirnya pesanan saya pun datang. Bendera pesanan inilah yang menarik. Disitu sudah tertera informasi pesanan konsumen. Mulai dari nama pesanan, tingkat kematangan, saus dan cara penyajian kentang. Bisa dalam bentuk french fries atau mash potato.

Kelembutan daging wagyu ini memang tidak diragukan lagi. Hanya beberapa sentuhan lembut irisan pisau, potongan daging empuk pun siap dilahap. Ketika dikunyah menimbulkan sensasi kelezatan steakhotel yang nikmat khas Holycow.

Yang menarik adalah setiap outlet memiliki menu yang berbeda. Konsep ini dijalankan memang by design. Salah satu contoh di TKP Radio Dalam tersedia steak Buddy Beef Rib dengan berat 1000 gram. Yang mengejutkan menu ini ternyata lebih banyak dipesan oleh kaum hawa. Sedangkan berat rata-rata menu steak yang lain hanya antara 200 gram hingga 400 gram (wagyu ti bone).

 

Konsep eco green pun ternyata merambah sampai ke kamar mandi. Ada buffet antik nan cantik yang sengaja ditempatkan di kamar mandi TKP Kemang. Masing-masing outlet memiliki karakter yang berbeda sehingga pelanggan bisa merasakan suasana yang berbeda.

Wynda pun menjanjikan konsep roof garden di cabang Sabang dengan view langsung menghadap Monumen Nasional atau Monas. Solar panel yang dipasang pun 100 % digunakan sebagai sumber listrik outlet Sabang. Wah konsep ini pasti sangat menarik bagi para Karnivora.

Setelah semuanya puas merasakan wagyu steak by Holycow akhirnya kami berfoto bersama di teras luar.

 

Tak lupa Holycow memberikan kartu promosi yang bisa ditempel tiap kali memesan satu steak. Jika stempel sudah penuh dapat ditukarkan dengan satu menu steak apa saja di outlet mana saja. Saya jadi ingat konsep promosi ini juga dilakukan oleh pemilik stem motor. Cuci 10 kali, gratis cuci steam satu kali. Menarik.

 

Lucunya ada salah satu admin Kompasiana yang koplak. Saking excitednya mau makan steak hotel by Holycow, dia sampai lupa kalau kunci motornya masih menggantung di lubang kunci motor. Hihihihihi

3 thoughts on “Merasakan Kelembutan Wagyu Steakhotel by Holycow”

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.