Ada tiga pilar utama yang menjadi fokus kerjasama sesama negara ASEAN yaitu pilar keamanan, pilar ekonomi, pilar sosial dan kebudayaan. Untuk mewujudkan ketiga pilar tersebut, Indonesia lebih banyak digadang-gadang mampu menyatukan negara-negara ASEAN dengan segala kompleksitas permasalahannya.
Di sisi lain, Indonesia kini tengah dilanda krisis ‘kedaulatan’, dimana bahan pangan sekalipun lebih banyak di impor dan tidak dapat berswasembada. Agak ironis juga sebuah negara yang tidak ‘berdaulat’ dalam bidang ekonomi namun ditunjuk untuk maju sebagai yang utama dan terdepan secara tidak tertulis. Ibarat menyuruh anak kecil yang tidak cakap berlari dalam perlombaan lari, dalihnya anak tersebut hanya kelihatan lebih besar badannya dibandingkan dengan yang lainnya.
Jika ditelusur lebih dalam lagi, sebenarnya permasalahan utama komunitas negara ASEAN masih dalam lingkup urusan dapur sendiri. Artinya untuk mewujudkan tiga pilar utama tidak semudah yang dibayangkan sementara urusan dalam negeri masing-masing belum rampung. Belum lagi jika ditambah perselisihan antara sesama negara ASEAN seperti Singapura dan Malaysia bahkan rakyat Indonesia yang berseteru dengan rakyat Malaysia.
Jika kita melongok kebelakang, tema yang diangkat dalam KTT ke-22 di Brunei Darussalam adalah “Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan”, dengan pokok perundingan pembangunan badan persatuan ASEAN, dengan tiga pilar yaitu Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan. Pembangunan Badan Persatuan ASEAN itu harus dirampungkan sebelum 31 Desember 2015.
Dengan tenggat waktu yang sangat mepet sebetulnya hal tersebut adalah sebuah tantangan bagi Indonesia. Bagaimana sebuah bangsa besar dengan jiwa besarnya harus dapat menyatukan negara-negara ASEAN hingga bisa mewujudkan kesuksesan bersama di masa depan. Ini adalah kesempatan emas bagi Indonesia untuk berperan dalam kancah internasional.
Pilar Keamanan
Komunitas Negara ASEAN dapat bekerja sama dengan membentuk badan keamanan ASEAN sehingga jika ada perselisihan tidak perlu dibawa ke Mahkamah Internasional terlebih dahulu. Hal tersebut bisa jadi malah merugikan kedua belah pihak. Sebagai negara yang serumpun, setiap masalah harus diselesaikan dengan win win solution dan terus bersinergi untuk merawat keharmonisan antar keduanya dan sesama lainnya.
Wajah kelam Filipina harus dihapus seperti halnya yang terjadi di Indonesia tentang pembunuhan misterius beberapa jurnalis dengan dalih apapun. Tanpa adanya komitmen bersama, wajah komunitas ASEAN akan tetap tercoreng di mata dunia.
Sebagai jurnalis warga sudah sepatutnya mengelorakan rekonsiliasi di sosial media. Fokus kita adalah berdamai untuk mencapai tujuan mulia yang lebih tinggi yaitu bersinergi dalam tiga pilar komunitas ASEAN.
Pilar Ekonomi
Pemerintah harus dengan segera berswasembada di semua lini perekonomian terutama kebutuhan pokok bangsa. Caranya tentu dengan belajar dari negara-negara ASEAN lain. Komunitas ASEAN harus bertujuan untuk memajukan negara yang lemah dan bukan mengeruk keuntungan darinya. Dalam hal ini bisa dibentuk sister country untuk hal tertentu tanpa menafikan keberadaan Komunitas ASEAN. Misalnya Indonesia dan Vietnam dengan kopi sebagai produk unggulannya. Bahkan bisa juga dengan Thailand dengan swasembada berasnya.
Wacana investasi Cina dan Malaysia di lahan pertanian Indonesia harus dicegah agar keharmonisan hubungan kedua negara bisa terjaga. Isu tersebut santer dan tegas ditolak rakyat Indonesia. Pemerintah harus sadar bahwa hal ini dapat mengganggu jalannya mewujudkan masyarakat yang damai dan bersatu.
Sebagai warga, tentu kerja sama dalam bidang ekonomi dapat dilakukan dengan menggelar festival keliling negara ASEAN yang di fasilitasi negara di masing-masing negara ASEAN setiap tahun. Dengan demikian semua komunitas mengetahui produk unggulan masing-masing negara.
Di dunia maya, lebih jauh lagi bisa bekerja sama dalam menjajakan produknya dengan skala yang lebih luas lagi yakni dunia internasional. Jika Jakarta memiliki Jakarta Fair maka hal tersebut bisa ditiru komunitas ASEAN misalnya dengan acara ASEAN Fair. Salah satu langkahnya bisa dilakukan di dunia maya dengan membentuk satu page bersama.
Pilar Sosial dan Kebudayaan
Banyak sekali situs peradaban peninggalan masa lalu yang memiliki kesamaan seperti Angkor Wat, Kamboja dan Borobudur, Indonesia. Kemiripan tersebut membuktikan bahwa negara ASEAN ini memang dulunya sudah bersatu dan saling bekerja sama. Hendaknya hal tersebut ditingkatkan lagi agar mewujudkan komunitas negara ASEAN yang lebih kuat lagi.
Perseteruan antar rakyat harus di akhiri dengan mensosialisasikan visi misi komunitas ASEAN. Saling ejek dalam pertandingan olahraga sudah saatnya dihentikan. Tentu akan sangat sulit memulainya namun kita pasti bisa mengakhirinya.
Dari ketiga pilar tersebut memang lebih baik dimulai dari masing-masing negara untuk bersifat proaktif menyelesaikan urusan dalam negari dan kemudian bersinergi agar tenggat waktu Desember 2015 sudah terwujud gagasan dan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang bersatu padu hingga menciptakan masa depan untuk kesuksesan bersama.
Peran Kaum Muda Sebagai Penguasa Sosial Media
Masa depan bangsa itu ditentukan oleh kaum muda. Disinilah peran penting kaum muda sebagai generasi penerus bangsa. Kaum muda harus maju dan melakukan perubahan yang inovatif dan kreatif dalam rangka membangun masyarakat ASEAN yang bersatu sehingga bisa mewujudkan cita-cita masa depan komunitas ASEAN yang lebih baik. Peran kaum muda salah satunya adalah dengan mensosialisasikan kerjasama komunitas ASEAN yang lebih terbuka pada tahun 2015 nanti. Negara akan sangat menggantungkan harapan ini kepada kaum muda. Yang menentukan tentu saja kaum muda.
Salam Hangat
Diskusi bareng saya di twitter @DzulfikarAlala