Dengan lensa kamera smartphone yang sudah lecet-lecet, saya terpaksa mengabadikan dengan berat hati keindahan sunset pantai Sambolo, Anyer, Banten. Hikss butuh kamera baru nih. Ini pertama kalinya saya ke Anyer…berasa kudet deh. Kebetulan setelah menjenguk adik saya yang baru saja di karuniai seorang puteri, saya memutuskan langsung berangkat ke Anyer.
Melalui jalan alternatif dari Serang Timur menuju jalan Taktakan. Ternyata jarak tempuh hanya sekitar 1.5 jam saja. Jika menggunakan GPS, jalur taktakan akan sangat mudah di ketahui. Oh yaa kenapa dinamakan taktakan? Taktakan sendiri kalau tidak salah berasal dari bahasa Sunda yang berarti tanjakan. Jalan alternatif ini memang cukup sempit sehingga tidak mungkin dilalui oleh bus besar. Jadi ketika berpapasan dengan truk medium pun saya harus berusaha perlahan sekali untuk berpapasan.
Terus terang view dari Taktakan menuju Anyer ini benar-benar amazing. Sayang dalam kondisi mengemudi saya tidak bisa mengabadikannya. Lanskapnya hampir sama seperti di Bali, beberapa sawah dengan undakan-undakan berbukit. Jika pernah ke Desa Sawarna, Bayah, Banten hampir mirip juga. Keindahan alam dalam perjalalan dari Serang Timur menuju Anyer melalui jalan alternatif Taktakan sudah merupakan pengalaman yang mengasyikkan. Segar memandang hijau daun.
Di beberapa spot ada tempat pemancingan dan yang paling keren adalah puncak tertinggi dari Taktakan ternyata hampir mirip seperti puncak. Serang Timur bisa di lihat dari puncak taktakan. Kalau tidak salah namanya Rawa Danau. Dinamakan demikian bukan berarti disana ada danau, melainkan melalui puncak bukit Taktakan kita bisa melihat kota Serang seperti sebuah danau hijau. Sama halnya seperti pemandangan yang dilhat dari Bandung Utara.
Selepas tiba di jalan Raya Anyer, kemudian saya mampir dahulu di sebuah rumah makan Padang dengan koki asal Gombong. Yap, sudah jamak banyak warga Jawa yang berbisnis rumah makan Padang. Rasanya tentu sedikit lebih manis dibandingan uda uni yang biasa memasak masakan khas Sumatera itu.
Setelah bertanya, ternyata pantai yang bebas karang di daerah Anyer salah satunya adalah pantai Sambolo. Untuk lanjut ke Pantai Carita mungkin akan memakan waktu satu jam lagi jika kondisi lalulintas lancar jaya. Di saat weekend terutama pagi dan sore hari akses jalan Anyer Carita akan menjadi lautan kendaraan mulai dari sepeda motor hingga bus-bus besar. Jalur dari Sukabumi dan Jakarta sama padat. Jika tidak beruntung akan sangat sulit menemukan pantai yang tepat.
Kondisi pantai Sambolo pada sore hari relatif lebih lowong. Meskipun begitu perlu di waspadai karena air laut mulai pasang. Penyewaan papan surfing kecil di bandrol Rp.20.000 sedangnkan untuk ban di bandrol dengan harga setengahnya. Jika sedang ramai tarif itu hanya berlaku selama 60 menit saja.
Yap, sedikit insiden terjadi pada anak saya karena kecerobohan saya tidak mengenal kondisi ombak dan lingkungan pantai Sambolo, Anyer. Ketika ingin mencoba bermain-mai dengan gelombang ombak kecil, tiba-tiba ombak besar setinggi dada orang dewasa datang dan anak saya terseret ombak. Kaget beberapa saat karena ban sudah terseret ke tepian. Dalam kondisi demikian saya hanya termangu sesaat dan berusaha untuk mencari anak saya. Untunglah ternyata anak saya ada persis di kaki saya. Hanya beberapa detik langsung saya selamatkan dan berlari ketepian. Untunglah tidak terjadi apa-apa. Tapi memang anak saya cukup shock dan trauma setiap kali melihat ombak datang ke tepian pantai.
“Ebeb maaf yaaaa, Daddy tadi biki Ebeb tenggelam” ujar saya sambil memeluknya dengan erat.
“Mmm Ebeb tadi lagi belajar nyelam kok” jawabnya polos. Kemudian saya cium keningnya dengan jantung yang masih berdegup kencang.
Salam Hangat
@DzulfikarAlala
Satu pemikiran pada “Sunset di Pantai Sambolo , Anyer, Banten”