Menikmati Pesona Mutiara Bawah Laut Pariwisata Kepulauan Seribu DKI Jakarta

Setelah menunggu beberapa pekan setelah masa lomba ditutup, akhirnya kepastian 10 finalis lomba blog keindahan Pulau Seribu Jakarta pun diumumkan oleh Viva.co.id.

Alhamdulillah, saya bersama sembilan orang peserta lainnya dinyatakan lolos dan berhak mengikuti pelatihan menyelam kurang lebih selama lima hari.

Pelatihan tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang wajib diikuti para peserta, agar para peserta bisa mengikuti fun dive dengan aman dan nyaman bersama Riyanni Djangkaru di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu, Jakarta pada tanggal 23-24 Agustus 2013.

Kegiatan lomba blog tersebut terselenggara berkat kerjasama Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Viva.co.id dan didukung oleh Dive Mag dan Global Dive NAUI (National Association of Underwater Instructors).

Sebagai salah satu blogger yang lolos, saya merasa bersyukur karena bisa diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan scuba diving.

Pengalaman scuba diving tersebut menjadi pengalaman saya yang pertama kalinya.

Tulisan saya tentang Pulau Pari, berhasil menjadi tulisan dengan raihan poin tertinggi menurut panitia penyelenggara.

Tulisan tersebut merupakan reportase kunjungan saya ke Pulau Pari saat menyelenggarakan Summer Camp bersama anak-anak dari Sekolah Ehipassiko BSD, Tangerang Selatan. Tentunya rekan-rekan guru dan para murid mendukung saya dalam lomba blog Keindahan Pulau Seribu Jakarta.

Setelah mendapatkan konfirmasi dari panitia, saya memastikan kembali keikutsertaan saya ke Pulau Kotok.

Masih dalam suasana libur lebaran, akhirnya saya harus kembali lebih awal dari Bandung menuju Jakarta untuk mengikuti technical meeting pertama di kantor Viva.co.id bersama sembilan peserta lainnya.

Pada pertemuan itu kami semua diberikan arahan dari panitia mengenai acara, mulai dari kursus scuba diving hingga mengikuti fun diving di Pulau Kotok Kepulauan Seribu bersama Riyanni Djangkaru.

Pada pertemuan itulah kami dikenalkan kepada mas Brim perwakilan Dive Mag dan Course Director NAUI Indonesia, John E. Sidjabat, yang akan menjadi instruktur utama kami selama masa pelatihan di Gedung Renang Senayan, Jakarta.

“Lebihkan usaha dibandingkan orang lain dan Man Jadda Wajada”

 Ahmad Fuadi (Penulis Novel Best Seller Negeri 5 Menara)

NAUI Memberikan Pengetahuan Mendalam tentang Scuba Diving

Tak salah jika Viva dan Dive Mag memercayakan pelatihan scuba diving kepada Course Director NAUI Indonesia, John E. Sidjabat.

Setelah mengikuti beberapa kali pertemuan, kesan terhadap sosok ramah ini dikemukakan oleh beberapa peserta. Misalnya Bambang, mantan IT salah satu provider telekomunikasi ini mengatakan “ Bang John itu ibarat professornya selam. Dia tahu A-Z tentang pengetahuan selam.”

Lain halnya dengan Harris Maulana, blogger senior dan penulis buku Rezeki Nomplok Melalui Lomba Blog, yang memiliki kesan tersendiri, “Bang John itu orangnya asyik, dia juga sabar dalam mengajar.”

Quote terbaik dan yang paling sering dikatakan bang John adalah “Tidak Akan Melihat Matahari Esok Pagi.” Kata-kata mutiara tersebut bukan bermaksud untuk menakut-nakuti peserta, namun dibalik kata-kata itu tersimpan filosofi sederhana yang mendalam.

Artinya segala sesuatu yang kita lakukan harus jelas tujuan dan manfaatnya. Jika tidak ada tujuan dan manfaat sama sekali, lebih baik ditinggalkan daripada tidak dapat melihat matahari esok pagi.

Banyak pengalaman menarik yang dibagikan oleh Bang John. Sebagai Course Director yang memiliki jam terbang tinggi dalam menyelam, dia adalah sosok yang tidak pelit ilmu namun tegas dalam aturan.

Dari beliau pula-lah saya mendapatkan hal-hal yang menyadarkan saya bagaimana berinteraksi dengan flora dan fauna di laut. Beberapa diantarnya menyadarkan saya tentang kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan saat berwisata ke Pulau Pari.

Kesalahan itu salah satunya adalah jangan pernah memberi makan ikan di laut. Ada beberapa para snorkeler lokal yang gemar membawa remah roti dalam botol. Kemudian remah roti tersebut dijadikan umpan untuk memberi makan ikan-ikan di laut saat snorkeling.

“Biarkan ikan itu mencari makan sendiri, jika terbiasa di kasih makan, ikan dapat menyerang manusia yang datang tanpa membawa makanan.” Begitulah pesan bang John yang menyadarkan saya betepa pentingnya menjaga rantai makanan dan tidak menganggu ekosistem laut.

 “A little knowledge is the most dangerous”

Banyak Hal yang Perlu di ketahui Scuba Diver Amatir sebelum Diving

“Apa resiko terbesar saat diving?” pertanyaan sederhana itu keluar dari mulut salah satu peserta.

“Resiko terbesar adalah tidak dapat melihat matahari esok atau mati!” begitulah jawaban Bang John.

Memang benar, Scuba diving merupakan olahraga yang menarik namun memiliki resiko kecelakaan cukup tinggi jika tanpa persiapan dan pengalaman.

Maka, kursus semacam inilah yang dibutuhkan para amatir sebelum terjun dan menyelam menikmati keindahan pesona bawah laut Indonesia.

Ada semacam kekeliruan pemahaman tentang dive master. Di beberapa tempat wisata-wisata dengan kunjungan yang padat, scuba diving layaknya seperti wisata menunggang kuda.

Setiap orang yang ingin mencobanya hanya tinggal naik dan kudanya di pegang oleh seorang tukang. Hal semacam itu bisa juga terjadi pada wisata scuba diving di beberapa lokasi wisata tertentu. Untuk menjadi seorang dive master harus melalui berbagai pelatihan, bukan sembarang orang yang hanya sekedar menjadi diving guide.

Masih ada beberapa dive center yang tidak secara ketat memberikan pengetahuan dan informasi resiko terburuk jika menyelam tanpa persiapan dan pengetahuan.

Resiko terjadi kecelakaan akan semakin besar. Maka, tindakan preventif adalah dari diri kita sendiri.

Jangan mudah percaya bahwa seseorang sudah cukup ahli bahkan mengaku sebagai Dive Master. Jika demikian adanya jangan pernah mencoba sekalipun menyelam tanpa latihan dan persiapan.

Seseorang yang sudah memiliki license pun akan diminta untuk berlatih dan beradaptasi kembali jika frekuensi diving-nya amat jarang dalam satu tahun.

“Never Dive Alone!”

Apa yang diberikan oleh NAUI dalam pelatihan Scuba Diving?

NAUI memberikan pengetahuan yang mendalam tentang Scuba Diving mulai dari definisi SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus) Diving hingga Diving Science yang merupakan inti dari keseluruhan chapter yang dipelajari.

Terus terang saya amat terbantu dengan buku yang diberikan oleh NAUI sebagai pedoman. Buku tersebut memperkaya pengetahuan dengan objective yang jelas dari setiap chapter-nya.

Apalagi ditambah latihan-latihan yang ada sangat membantu sekali sebagai bentuk evaluasi pemahaman terhadap apa yang telah dipelajari.

Untuk menjadi seorang scuba diver amatir setidaknya ada beberapa hal yang harus dipelajari dalam buku tersebut, diantaranya adalah Diving Equipment, Diving Skills, Diving Science, Decompression-Dive Table-Dive Computers, Dive Planning and Recording, Problem Solving, Diving Environments, Diving Activities.

Chapter-chapter tersebut berhasil di break down dalam tiga kali pertemuan sesi kelas dan dua kali pertemuan praktik di kolam renang.

Kadang hal sederhana tentang perawatan scuba gear pun tak luput disampaikan dalam sesi kelas maupun saat praktik di kolam renang.

Bahkan diskusi-diskusi santai di teras kelas di dermaga, di pantai dan di restauran membuat pengetahuan semakain kaya. Topik pembicaraan ringan namun berbobot bagi kami yang masih amatir.

“Jangan lakukan sesuatu yang tidak ada manfaat dan tujuan yang jelas jika masih ingin melihat sinar matahari esok pagi”

John E. Sidjabat (Course Director NAUI Indonesia)

Head to Kotok Island

Betapa menarik dan pentingnya sesi materi agar tetap bisa melihat matahari esok pagi. Meilani, salah satu peserta, bahkan sampai lupa kalau di pulau Kotok akan melakukan fun diving bersama Riyanni Djangkaru.

Saat ini Riyanni Djangkaru aktif dalam kampanye #SaveShark serta menjadi pemilik Dive Magazine Indonesia yang terbit setiap satu bulan sekali.

Ya, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu itu datang juga. Saya sangat excited sekali sampai-sampai datang lebih awal. Saya sengaja berangkat dari Pamulang sebelum adzan subuh untuk menghindari macet.

Alhamdulillah suasana lalu lintas saat itu masih sangat lengang, sehingga saya sudah tiba di dermaga 15 Pantai Marina Ancol sekitar pukul 05.30 WIB. Setelah memarkirkan kendaraan kemudian saya mencari mushalla untuk melaksanakan solat subuh.

Satu persatu peserta pun tiba. Panitia dan para instruktur pun menyusul dengan beberapa barang bawaan perlengkapan scuba diving.

Kedatangan Defi dan kang Harris yang sedikit terlambat, disalip Riyanni Djangkaru dan team DiveMag.

Pangling rasanya melihat Riyanni dengan rambut pendeknya. Sudah cukup lama saya tidak melihatnya di layar kaca.

Riyanni Djangkaru dikenal melalui acara Jejak Petualang di salah satu program televisi. Program Jejak Petulang merupakan pioneer acara travelling yang memiliki rating tertinggi pada masanya.

Team Viva datang bersama partner-nya dari ANTV untuk meliput kegiatan 10 Finalis Lomba Blog Keindahan Pulau Seribu ketika menyelam bersama Riyanni Djangkaru di Pulau Kotok Kepulauan Seribu.

Sementara dari Dinas Pariwisata Jakarta diwakili oleh bapak Gumilar yang sejak hari kedua mengikuti kusus Scuba Diving bersama 10 peserta finalis lomba blog.

Perjalanan dari dermaga 15, Marina Ancol sekitar dua jam perjalanan menuju Pulau Kotok. Pulau Kotok termasuk pulau yang cukup jauh dari perairan Jakarta sehingga kualitas lingkungannya berbeda dengan pulau Pari, Pulau Tidung dan pulau-pulau yang sudah dihuni oleh penduduk lokal.

Pulau Kotok merupakan sebuah Resort sehingga lebih private dibandingkan pulau-pulau yang telah saya sebutkan. Alasan itulah mengapa panitia memilih pulau Kotok agar para finalis bisa melaksanakan open water exam dengan lebih leluasa.

First Day: Open Water Exam

Setelah tiba di pulau Kotok kemudian bang John membagi para peserta berdasarkan kamar-kamar yang telah disediakan. Saya kebagian kamar 4D bersama Agus dan Agung. Agus adalah seorang free diver berpengalaman, sedangkan Agung adalah seorang mahasiswa semester 5 di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung.

Setelah merapihkan pakaian dan barang bawaan kemudian kami langsung ke dermaga untuk melaksanakan open water exam.

Sesi ini sama seperti yang telah diberikan saat sesi latihan di kolam renang. Yang membedakan adalah lokasinya. Saat latihan di kolam renang, saat ujian di laut lepas. Saya merasakan memang lebih sulit melakukan latihan di laut dibandingkan dengan di kolam renang.

Arus yang kadang kuat dan hydra yang menyengat sudah jadi konsekwensi seorang diver di bawah permukaan laut. Beberapa diantara kami harus rela merasakan sakit tersengat bulu ayam, itulah sebutan beberapa leader tentang hydra yang tumbuh di tali temali yang sengaja di tanam di dasar laut untuk latihan scuba diving.

Para peserta tentu saja diharuskan memasang scuba unit sendiri. Masing-masing diver bertanggung jawab terhadap alat-alatnya yang digunakan sendiri. Jika ada error, tidak bisa seorang diver menyalahkan orang lain. Maka dibutuhkan ego lebih, karena persiapan alat menyangkut nyawa sendiri. Jika alat rusak atau berpotensi membahayakan, hanya diver sendirilah yang mengetahui.

Maka disinilah betapa pentingnya pengetahuan dasar bagi para diver. Di lokasi-lokasi wisata padat, biasanya para diver amatir tinggal memakai scuba unit. Hal tersebut tidak dibenarkan, karena keselamatan nyawa adalah tanggung jawab pribadi masing-masing diver.

Beberapa skills diamati dan diuji oleh para dive leader. Para leader menjadi asisten Course Director di lapangan dibawah pengawasan langsung. Beberapa skills yang diujikan adalah assembling scuba gear, entering and exiting the water, mask skills, regulator skills, buoyancy skills, safety skills, buddy system, disassembling scuba gear.

Saya pribadi sebagai diver amatir masih kesulitan pada buoyancy skills, dan sedikit lupa urutan tahapan pada saat melakukan ESA (Emergency Swimming Ascent). ESA dilakukan pada saat diver kehabisan udara dalam tabung pada kedalaman 60 kaki atau sekitar 18 meter. Saat melakukan ESA dari bawah laut, seorang diver diwajibkan untuk tidak menahan nafas agar paru-paru tidak kelebihan udara.

Untuk menghindari kehabisan udara di bawah laut, maka SPG (Submersible Pressure Gauge) harus selalu di cek setiap lima menit. Jika sudah menunjukkan 50 bar atau 750 psi, maka diver harus segera menginformasikannya kepada dive leader untuk segera naik ke permukaan.

Saat di bawah kedalaman laut 60 kaki, tekanan memang bertambah 3 kali lipat. Di titik itulah memang saya tidak dapat berpikir jernih. Apalagi pada hari pertama menyelam di laut lepas. Jadi rasanya cukup wajar jika sedikit gorgi sampai lupa urutan ESA hahahaha #alibi.

Setelah dive kedua kemudian kami pun kembali ke kamar masing-masing untuk mandi dan istirahat. Beberapa diantara peserta masih ada yang bertahan di dermaga untuk menyaksikan sunset.

Saya sendiri lebih memilih kembali ke kamar dulu untuk melaksanakan solat. Setelah itu kemudian kembali ke dermaga.

Meskipun matahari sudah terbenam saya masih sempat mengabadikan bias cahaya yang tertinggal. Subhanallah, keindahan matahari terbenam di horizon memang jauh lebih indah dibandingkan dilihat dari gambar atau foto.

Game Werewolf Membuat Kami Semakin Akrab dan Mengenal Pribadi Masing-Masing

Setelah makan malam dan melaksanakan ujian teori yang bikin mumet, kemudian kami semua berkumpul dalam satu meja.

Bingung mengisi waktu luang akhirnya kang Harris meluncurkan ide cemerlang. Kang Haris dengan sabar mengajari kami bermain permainan werewolf.

Permainan ini awalnya sedikit membingungkan, tapi lama kelamaan akhirnya kami bisa menikmati lagi dan lagi. Bahkan para dive leader yang melakukan night dive pun sampai bisa mendenger tawa kami dari dasar lautan. Hahaha kalau yang ini edisi lebay.

Bang John yang awalnya mengantuk dan jadi penonton, akhirnya ikut bergabung. Luar biasa menarik hingga kami akhirnya baru menyelesaikan permainan hingga pukul 12 malam. Jika tidak di stop mungkin bisa sampai subuh hehehe.

“Orang yang paling vokal dan paling pandai membaca lawan, sebaiknya ‘dibunuh’ lebih awal”

Harris Maulana (Strategi dalam permainan werewolf)

Second Day: Fun Dive

Hari terakhir lebih banyak di gunakan untuk fun dive. Kegiatan fun dive bukan tanpa penilaian.

Penguasaan buoyancy skills disini amat berpengaruh. Masih ada beberapa peserta yang belum mampu menyelam dengan kedalaman konstan termasuk saya sendiri. Setelah dianalisa ternyata saya kurang pemberat.

Akhirnya di sesi penyelaman terakhir saya menambah pemberat menjadi lima. Kami melakukan tour dari dermaga ke arah barat dan juga ke arah sebaliknya.

Buddy system juga diberikan penilaian. Kadang ada hal lucu dan menarik. Ketika buddy saya naik, saya malah turun.

Sebaliknya ketika dia turun saya malah naik hehehehe. Itulah pengalaman kalau jadi diver amatir. Tapi penyelaman kedua di hari terakhir malah membuat saya merasa lebih baik. Saya mulai dapat menikmati pesona bawah laut.

Beragam ikan dapat dilihat dengan mata telanjang. Ikan yang paling besar yang saya saksiakan adalah ikan kerapu sekitar 60 cm meter yang sedang berkamuflase seperti karang.

Belum lagi ikan-ikan kecil berwarna-warni yang tidak saya ketahui namanya satu persatu. Yang jelas keindahan bawah laut pulau Kotok sudah pasti mengalahkan pesona Riyanni Djangkaru hahaha #eaaa.

Saat-saat safety stop biasanya dilakukan pemotretan di bawah laut sambil bernarsis ria. Safety stop dilakukan untuk membuang nitrogen sisa dalam tubuh.

Bisanya safety stop dilakukan pada kedalaman 4-5 meter dibawah permukaan laut.

Hari terakhir menjadikan waktu dua hari di Pulau Kotok tak terasa. Apalagi keindahan laut dan pantainya semakin menimbulkan rasa kangen ingin kembali lagi.

Untuk para diver amatir sebaiknya tidak perlu jauh-jauh ke Bali atau Lombok.

Cukuplah di Kepulauan Seribu yang lebih dekat dapat dijadikan tujuan sebagai pusat latihan scuba diving Jakarta. Selain pulau Kotok, pulau Pramuka juga biasanya dijadikan destinasi scuba diving dan tempat pelatihan scuba diving bagi mereka yang baru mencoba olahraga ala cowok macho tersebut.

Satu hal yang membuat saya kagum adalah para wisatawan asing yang datang ke Pulau Kotok turut serta dalam menjaga lingkungan.

Mereka semua taat aturan dengan membuang sampah pada tempatnya.

Maka, kita semua sebagai warga Negara Indonesia sebagai pemilik keindahan wisata di Kepulauan Seribu hendaknya turut serta pula menjaga lingkungan agar keseimbangan alam tetap terjaga.

Menurut informasi yang di baca Bambang, salah satu finalis, bahwa dibutuhkan waktu selama 52 tahun untuk mengelilingi Indonesia dan menikmati keindahannya.

Maka pendapat saya, rasanya mungkin dua tahun pun tidak cukup untuk mengeksplorasi wisata alam di Kepulauan Seribu DKI Jakarta.

Salam Hangat

 

5 pemikiran pada “Menikmati Pesona Mutiara Bawah Laut Pariwisata Kepulauan Seribu DKI Jakarta”

  1. Saya tertarik dengan tulisan anda,
    Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Pariwisata yang bisa anda kunjungi di

    Balas

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.