Borobudur di Indonesia merupakan salah satu keajaiban dunia yang tidak terbantahkan lagi. Tapi sayangnya jika dibandingkan dengan Angkor Wat di Kamboja, Borobudur masih kalah pamor. Padahal sejatinya Borobudurlah yang berusia jauh lebih tua, 350 tahun dibandingkan Angkor Wat. Borobudur seharusnya bisa lebih mendunia dan menjadi destinasi utama.
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas disini. Apa yang ingin saya kemukakan disini adalah tentang kemiripan relief yang ada di Candi Borobudur dan Candi Angkor Wat. Meskipun relief Candi Borobudur dikatakan cukup porno oleh seorang budayawan, namun Borobudur tetap selalu menjadi destinasi utama anak-anak sekolah untuk melakukan karya wisata.
Menurut beberapa sejarawan dan arkeolog, ternyata Indonesia dan Kamboja telah memiliki hubungan yang erat sejak lama. Meskipun perbedaan usia antara Borobudur dan Kamboja. Hal ini dapat dibuktikan dari kemiripan relief dan pola perdagangan yang terjadi pada masa itu. Kejayaan kerajaan Majapahit yang berpusat di Indonesia setidaknya memiliki pengaruh terhadap daerah ASEAN saat ini pada masanya.
Borobudur beberapa tahun sebelumnya malahan sempat menjadi sebuah kontroversi karena menurut penelitian seorang matematikawan Islam, KH. Fahmi Basya berkesimpulan bahwa Borobudur termasuk salah satu peninggalan nabi Sulaiman disertai bukti-buktinya yang merujuk pada dalil Al-Quran. Secara berseloroh teman saya pun mengamininya karena ada daerah Sleman di Yogyakarta. Jadi bisa jadi Sleman itu berasal dari kata Sulaiman.
Lalu apa makna dari kemiripan relief antara candi Borobudur dan Angkor Wat? Maknanya adalah ternyata kita sudah sejak lama kita bersahabat dengan negara-negara ASEAN. Bahkan belakangan ini ditemukan pula kota yang hilang tidak jauh dari Angkor Wat. Disinyalir kota tersebut sama usianya dengan candi Borobudur.
Para ahli juga menyebutkan bahwa ada cerita dalam relief Angkor Wat dan Borobudur bahwa kedua bangunan tersebut diarsiteki oleh orang yang sama. Jika demikian adanya artinya bangsa Indonesia sudah sejak lama bersahabat dengan Kamboja dan bahkan mungkin dengan negara tetangga lainnya. Dengan menyatukan perekonomian ASEAN bukan tidak mungkin kita akan menjadi kekuatan besar di dunia.
2015 akan terjadi open market di ASEAN. Sebagai bangsa besar sudah sepantasnya kita dapat berdikari, berdiri pada kaki sendiri mulai dalam segi ekonomo, pendidikan dan pertahanan. Jauh sebelum Angkor Wat lahir, Borobudur telah lebih awal berdiri. Langkah tersebut seharusnya diikuti dengan kemajuan Indonesia yang harus selangkah lebih maju dibandingkan negara lain agar bisa survive dalam persaingan perdagangan bebas nanti. Hal yang paling utama tentunya adalah peningkatan SDM. Dengan begitu kita bisa kembali menginspirasi negara-negara ASEAN, layaknya Borobudur yang menginspirasi dibangunnya Angkor Wat.
Salam Hangat
@DzulfikarAlala