Pengalaman Hampir Ditinggal Bus Saat Menelepon di Wartel

Jujur, ini salah satu pengalaman lama yang membuat saya pun sulit untuk melupakannya. Saat itu saya masih duduk di bangku SMA di Yogyakarta. Untuk pulang pergi ke kampung halaman, saya masih lebih tertarik menggunakan bus antar kota antar provinsi.

Ya, meskipun kata orang paling nyaman menggunakan kereta api atau pesawat terbang, tapi sensasi menggunakan bus itu jelas tidak akan bisa dirasakan ketika menggunakan alat transportasi lain.

Istimewanya Perjalanan Menggunakan Bus

Salah satu keistimewaan menggunakan bus antara kota antar provinsi adalah saat transit untuk makan malam dan istirahat beberapa saat di restoran.

Layanan makanan prasmanan untuk penumpang bus sudah termasuk tiket bus yang dibayarkan. Inilah salah satu kemewahan yang tidak didapatkan dengan menggunakan kereta api dengan harga tiket yang sama atau bahkan lebih mahal.

Nah, suatu saat ketika transit, saya menyempatkan diri untuk menelpon rumah agar saat tiba di terminal bisa dijemput. Saat itu memang belum ada handphone sehingga saya harus ke wartel untuk menghubungi keluarga di rumah.

wartel
ilustrasi

Sialnya saya tidak memperhatikan bahwa saat itu bus sudah siap berangkat. Saat masih berada di box telepon dengan nada tunggu, perasaan saya sudah mulai tak enak. Saya mendengar mesin bus mulai menderu, kernet memanggil-manggil penumpang tetapi tak jelas jurusan mana yang disebutkan.

Akhirnya dengan terburu-buru, sesaat telepon diangkat saya langsung menyampaikan pesan agar saya dijemput di terminal. Secepat kilat saya langsung memburu ke luar wartel dan berteriak agar tidak ditinggalkan bus.

Benar saja! Bus yang sudah bergerak beberapa meter ternyata adalah bus yang saya tumpangi, sambil meninggalkan pulsa wartel belum saya bayar karena saking paniknya mengejar bus.

Beruntung tukang wartel yang sedang berjaka di luar dan kernet bus lain yang mendengar saya berteriak. Mereka ikut membantu memanggil bus yang hampir saja melesat. Untunglah penjaga wartel tidak mempermasalahkan bayaran, karena saya sudah kadung tertinggal bus.

“Sudah-sudah mas, cepat kejar busnya!” kira-kira begitu kata tukang wartel meminta saya untuk segera mengejar bus.

Alhamdulillah, beruntung sekali bus bisa berhenti sejenak. Saya pun masuk ke dalam bus dengan terengah-engah disambut dengan sorot mata dan senyum dari semua penumpang. Ada rasa malu karena hampir saja tertinggal rombongan.

Trauma Takut Ditinggal Bus

Sejak itulah saya tak pernah berani lagi jauh-jauh dari bus setelah menyelesaikan makan. Trauma ditinggal bus, kadang saya sengaja duduk dekat meja tempat para supir dan kernet bus istirahat dan menikmati makan malam. Supaya saat mereka siap berangkat, saya bisa mengetahuinya dengan mudah.

Entah bagaimana jadinya jika pada malam itu saya benar-benar ketinggalan bus di tengah perjalanan. Meskipun tempat transit merupakan langganan PO Bus yang sama, belum tentu ada jurusan yang sama pada malam itu.

Kisah itulah yang hingga kini masih tersimpan di ingatan. Perjalanan menggunakan bus sudah pernah saya tempuh dari Bandung, Jawa Barat hingga ke Situbondo, Jawa Timur.

Perjalanan Menggunakan Bus Tak Terlupakan

Pada masa jayanya, perjalanan dengan menggunakan bus jauh lebih menyenangkan. Kursi bus lebih luas dan sudah menggunakan reclining seat sehingga bisa direbahkan. Posisi seperti itu sangat nyaman untuk beristirahat selama dalam perjalanan.

Untuk mendapatkan kursi yang sama dengan menggunakan kareta api, saya harus merogoh kocek lebih dalam memilih kelas eksekutif. Sementara dengan harga tiket setengahnya saya sudah bisa mendapatkan kenyamanan, toilet sepanjang perjalanan plus gratis makan malam di tempat peristirahatan.

bus antar kota antar provinsi
ilustrasi

Fasilitas-fasilitas yang ditawarkan bus antar kota antar provinsi seperti itulah yang membuat saya bertahan. Jam keberangkatan bisa lebih fleksibel dan tiket bisa dipesan dengan mudah tanpa berebutan.

Bahkan terkadang kapasitas bagasi pun bisa lebih luas dibandingkan dengan menggunakan kereta api atau pesawat terbang yang dibatasi hanya 15kg – 20kg saja per penumpang.

Mengingat pengalaman masa SMA membuat saya merindukan kembali menjelajahi kota-kota di Pulau Jawa dengan menggunakan bus. Apalagi saat ini sudah ada Tol Trans Jawa yang menyambungkan ujung barat pulau Jawa dengan ujung timur Pulau Jawa.

Bagi saya, buat mereka yang punya banyak waktu luang sepulang mudik bisa mencoba sensasi tol Trans Jawa dengan menggunakan bus. Opsi travel dan bus Yogyakarta Jakarta misalnya cukup memorable untuk dicoba kembali. Semoga.

2 pemikiran pada “Pengalaman Hampir Ditinggal Bus Saat Menelepon di Wartel”

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.